Tanggal 24 Februari 2019 lalu, S & I Learning Centre telah melaksanakan sharing session bertajuk Storytelling #1 dengan tema “Beasiswa Kuliah di Luar Negeri”. Acara ini dilakukan secara online via Whatsapp dalam group chat. Acara sharing session pertama ini diisi oleh dua narasumber yaitu Agung Mia dan Rizky A. Putra, yang keduanya saat ini sedang menempuh studi di jurusan International Relations and International Organization (IRIO) University of Groningen. Acara ini diadakan mulai pukul 19.00 sampai pukul 21.00 WITA dan diikuti sebanyak 42 peserta. Berikut adalah hasil diskusi Sharing Session Storytelling#1 “Beasiswa Kuliah di Luar Negeri” :

Q: Mengapa memilih University of Groningen?

Agung Mia :

Latar belakang pendidikan S1 saya adalah Hubungan Internasional (HI), jadi saya ingin melanjutkan pendidikan S2 di bidang yang sama yaitu HI. Sejak saya mulai menyusun skripsi, saya sudah mencari-cari kampus tujuan S2 dan beasiswa yang tersedia. Saya cari informasi yang sesuai (lama studi, program studi, kota tempat tinggal nanti, perkiraan biaya hidup, dll). Akhirnya saya punya 2 pilihan, Belanda dan Inggris. Kenapa? Karena saya ingin studi master selama 1 tahun saja dan ada 2 beasiswa yang memungkinkan untuk membiayai studi saya (LPDP dan StuNed). Saya kemudian mencari kampus mana yang sesuai dengan program studi saya. Pilihan saya saat itu adalah: University of Groningen dan Leiden University (Belanda) serta SOAS University (London, Inggris). Saya cek lagi detail program studinya. Di Leiden, program HI yang sesuai dengan minat saya menawarkan program selama 2 tahun (tidak sesuai dengan keinginan saya untuk studi 1 tahun saja), SOAS London juga tidak spesifik menawarkan program yang saya inginkan. University of Groningen menawarkan program 1 tahun dengan jurusan yang spesifik sesuai minat saya (International Relations and International Organization). Saya sangat tertarik membahas tentang ASEAN, sehingga jurusan International Relations and International Organization ini sangat sesuai. Selain itu, saya juga sudah mencari informasi tentang biaya hidup di Groningen, keamanan kota, dan suasana kota. Groningen yang bisa dikatakan sebagai kota pelajar dengan berbagai bangunan khas Belanda didalamnya. Akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar di University of Groningen.

Rizky A. Putra :

Bagi saya pribadi, banyak faktor. Pertama, secara umum adalah ketersediaan jurusan yang ingin saya ambil. Saya sangat tertarik dengan bidang International Security dan dalam jurusan International Relations and International Organization (IRIO) University of Groningen terdapat spesialisasi tersebut. Kedua, tentunya prestasi dan reputasi universitas dan jurusan. Rijkuniversiteit Groningen (RUG) adalah salah satu universitas tertua di Belanda degan reputasi tinggi yang sejak lama, plus termasuk ke dlm 100 World’s Top University. Ketiga, lokasi dan situasi kota. Jaman sekarang, ini bisa dengan mudah di-Google. Groningen letaknya paling utara, jauh dari kota hectic seperti Amsterdam, Utrecht, atau Den Haag, tetapi masih terbilang ramai dan semua kebutuhan pun masih tersedia. Itulah kenapa menurut saya kota ini sangat cocok untukk belajar. Tidak heran mayoritas penduduk kota ini adalah pelajar pendatang. Keempat, ini faktor sangat pribadi, adalah application fee. RUG tidak menetapkan biaya apply online. Karena saya pribadi agak kurang suka dengan universitas yang meminta biaya pendaftaran, padahal belum tentu diterima.

Q : Apakah  apply S2 sendiri atau melalui agen pendidikan ?

Agung Mia :

Saya sudah membaca semua tentang S2 sebelum saya lulus S1. Cara pertama menurut saya adalah tentukan dulu apa keinginan kalian, jurusan apa yang kalian mau, bagaimana biaya pendidikan nanti, dan dimana kalian ingin kuliah. Jika sudah membuat beberapa pilihan, langsung kunjungi website kampus. Pendaftaran setiap kampus berbeda-beda. Lihatlah detail syarat-syarat apa saja yang diperlukan, persiapkan diri kalian untuk syarat tersebut. Perlu diingat, untuk beasiswa StuNed, kalian WAJIB memiliki LoA (Letter of Acceptance) UNCONDITIONAL sebelum mendaftar beasiswa. Artinya, kalian harus sudah diterima dulu oleh kampus sebelum mendaftar beasiswa. Syarat pendaftaran di Groningen bisa dilihat di website kampus (https://www.rug.nl/education/bachelor/international-students/admission-and-application/). Penting juga untuk mempersiapkan tes IELTS. Ingat sekali lagi: BACA DENGAN DETAIL setiap ketentuan. Kampus di luar negeri memiliki informasi yang sangat lengkap di websitenya. Jangan lupa, setiap kampus dan jurusan punya mekanisme dan ketentuan yang berbeda-beda. Jadi, silakan dicek ya!  Setelah kalian cek, siapkan berkas-berkas pendaftaran jauh-jauh hari sebelumnya, sehingga persiapan maksimal dan tidak terburu-buru.

Q : Apa yang harus ada di Motivation Letter untuk mendapatkan beasiswa StuNed?

Agung Mia :

Detail informasi StuNed: http://www.nesoindonesia.or.id/beasiswa/stuned/stuned-master-1/stuned-master. Tahun lalu, StuNed secara spesifik meminta 3 pertanyaan untuk dijawab dalam motivation letter, yaitu mengapa memilih program itu, apa yang akan dilakukan setelah menyelesaikan studi, dan mengapa kamu kandidat terbaik. Saran saya, jangan lupa kaitkan bagaimana studi kamu bisa bermanfaat untuk Indonesia dan hubungan Indonesia – Belanda.

Q : Apakah beasiswa StuNed memerlukan referensi? Jika iya, lebih baik kampus  atau tempat kerja?

Agung Mia :

Tahun lalu, tidak perlu. Tapi, dalam mempersiapkan berkas saya sudah meminta surat rekomendasi untuk jaga-jaga. Tahun lalu saya pikir jika saya tidak lolos StuNed (pengumuman Mei 2018), saya akan daftar LPDP (pendaftaran sekitar Juni/Juli 2018). Jadi saya menyiapkan berkas sekaligus untuk dua beasiswa ini. Surat referensi saya minta dari 2 dosen di Universitas Udayana, Bapak Anom Wiranata dan Bapak Agung Surya.  Pertanyaan lebih baik kampus atau tempat kerja sangat tergantung jurusan dan kondisimu. Saya saat itu adalah fresh graduate, jadi saya minta rekomendasi kampus. Teman saya sesama penerima beasiswa StuNed sudah bekerja di Kementerian Pariwisata, dia mengambil jurusan S2 pariwisata, jadi dia minta surat referensi dari atasannya di Kementerian Pariwisata. Jadi, tergantung kondisimu dan jurusan yang ingin kamu ambil.

Q: Apakah calon pendaftar beasiswa yang tidak pernah ikut kegiatan organisasi atau kegiatan lainnya di luar kampus semasa kuliah S1 bisa mendaftarkan diri untuk beasiswa S2 di luar negeri dan punya peluang untuk diterima?

Rizky A. Putra : Pemberi beasiswa punya banyak pertimbangan lain tidak hanya background organisasi, meskipun memang itu sesuatu yang penting karena dari situ saja bisa terlihat bagaimana karakter seseorang. Dari pengalaman organisasi memang akan terlihat apakah termasuk orang yang open-minded, mudah bergaul, terbiasa dengan perbedaan pendapat dan bisa mengatasinya, bisa bekerjasama dengan banyak orang, hingga kemampuan menyelesaikan masalah, dll. Tapi itu semua pun tentunya akan teruji ketika wawancara. Bisa jadi orang dengan pengalaman organisasi segudang tapi ketika diwawancara tidak menunjukkan sifat-sifat positif itu semua. Jadi, itu bukan penentu utama, tapi memang salah satu faktor penting.

Q: Dengan atau tanpa beasiswa, dapatkah kita kuliah di luar negeri sambil bekerja?

Rizky A. Putra :

Tergantung negara tempat studinya. Kebetulan di Belanda tidak diperbolehkan bekerja bagi mahasiswa non-EU (mahasiswa dari luar Eropa). Ditambah lagi, disini sebenarnya banyak yang membutuhkan pekerja part-time, tapi kebanyakan mensyaratkan kemampuan berbahasa Belanda yamg fasih. Jadi agak sulit buat pendatang. Di Australia, teman-teman saya banyak yang part-time. Di US juga setahu saya bisa. Tetapi kembali ke tujuannya jika untuk mencukupi biaya hidup, kalo saya pribadi  Alhamdulillah dari LPDP lebih dari cukup kok. Asal bisa hidup hemat dan tidak terlalu foya-foya. Tentunya penyedia beasiswa juga tidak ingin awardee nya malah sibuk mencari penghasilan untuk bertahan hidup sampai konsentrasi untuk studinya terbagi.

Q: Berkas apa saja yang rata-rata selalu ada dalam persyaratan untuk mendaftar beasiswa kuliah di luar negeri?

Rizky A. Putra :

Kebetulan saya pelamar berbagai beasiswa (LPDP, StuNed, Chevening, AAS, dll) jadi lumayan akrab dengan syarat apply beasiswa. Yang selalu ada, sepengalaman saya, pertama adalah Motivation Letter. Menurut saya, memang dari dokumen inilah pemberi beasiswa secara sekilas bisa menilai komitmen dan kesungguhan pelamar. Kedua, sertifikat/bukti kemampuan berbahasa inggris. Bisa IELTS, TOEFL, dll. Jadi, kalo boleh saran, kuatkan berkas lamaran kalian di dua ini. Contoh motivation letter yang baik bisa dicari di Google, tapi tentunya harus dipersonalisasi. Kemampuan bahasa Inggris juga tidak harus tinggi, asal cukup dan yang terpenting merata di semua skill (listening, reading, dll). Semua bisa diusahakan dan dipelajari. Berkas lain yang juga selalu diminta adalah transkrip nilai. Jangan kecil hati kalo IPK rendah, yang penting melewati batas minimum suda aman.

Q: Untuk meminta surat rekomendasi dari dosen, apakah kita hanya bisa meminta surat rekomendasi dengan dosen pembimbing akademik atau bisa dari dosen lain yang kemungkinan memiliki jejak pendidikan yang lebih baik, misalkan dosen tersebut adalah lulusan S2/ S3 di universitas ternama diluar negeri dengan jurnal jurnal yang sangat baik, apakah hal tersebut akan mempengaruhi penerimaan ?

Agung Mia : Saya menyiapkan 2 surat rekomendasi, satu dari dosen pembimbing skripsi, satu dari dosen yang bukan pembimbing skripsi, namun pernah mengajar saya. Menurut saya, ini bukan tentang siapa dosennya, tetapi apakah dosennya mengenal kamu dengan baik & bisa memberi rekomendasi tentang perkembangan akademikmu. Walaupun dosennya terkenal dan banyak jurnal, tetapi dia tidak mengenal kamu, dia tidak bisa memberi rekomendasi yang spesifik. Rekomendasinya akan kelihatan terlalu general/umum. Dosen saya menulis di rekomendasinya bahwa selama bimbingan dia melihat ketertarikan saya di bidang ASEAN, dibuktikan dengan kerja keras saya mencari literature review yang berkaitan dengan ASEAN. Dosen lainnya memberi rekomendasi dengan mengatakan sangat tertarik dengan salah satu presentasi yang pernah saya bawakan di kelas. Kedua rekomendasi ini menunjukkan mereka benar-benar tau profil saya. Jadi, menurut saya, rekomendasi yang baik adalah jika pemberi rekomendasi mengenal kamu secara personal dan bisa melihat perkembanganmu.  Saya mau share pengalaman teman saya juga yang mendapat beasiswa karena kebetulan dia mencari universitas yang sama dengan universitas dosennya dulu di Belanda, jadi dosennya bisa menulis bahwa universitas ini sangat berkualitas dan mahasiswa ini sangat sesuai untuk kuliah disana.

Q:  Seandainya saya memilih jurusan yang berbeda dengan jurusan S1 saya, apakah nanti akan berpengaruh terhadap pencarian referensi dari kampus atau tempat kerja?

Agung Mia :

Menurut saya itu berpengaruh. Ada beberapa cerita teman yang mengatakan ditolak beasiswa karena saat interview ditanya apa kaitan jurusan S1 dan S2 mu dan dia tidak bisa menjawab. Tapi, ada juga teman yang pindah jurusan dan diterima. Kenapa? Karena dia bisa meyakinkan walaupun dia pindah jurusan, hal itu justru lebih baik. Lebih baik untuk karirnya, lebih baik untuk masyarakat, dan lebih baik untuk Indonesi kedepannya. Perlu juga alasan yang kuat kenapa kamu mau ambil jurusan yang berbeda. Jadi, di motivation letter harus benar-benar jelas kenapa kamu yakin ambil jurusan yang berbeda. Jangan sekadar menulis mau cari sesuatu yang baru, tanpa explore alasan lebih jelas.

Q: Dimana saya bisa mendapatkan info mengenai beasiswa yang fully funded?

Rizky A. Putra :

Untuk LPDP, semua biaya ditanggung full. Baik biaya pendidikan (tuition fee), uang bulanan, aplikasi visa, asuransi, tunjangan buku, transport ke negara tujuan, dan banyak lainnya. Untuk infonya bisa dilihat melalui link ini ya https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/

Agung Mia :

StuNed juga menanggung biaya full (tuition fee, akomodasi, tiket pesawat, visa, dll). Artinya, tiap bulan dapat uang bekal tanpa harus keluar uang dari orangtua / diri sendiri lagi. Tapi, khusus StuNed, ada juga yang dinamakan co-funding, yaitu kamu bersedia membayar sebagian biaya, contoh: tiket pesawat. Jika saat seleksi ada 2 peserta yang nilainya sama, maka dipilih yang menawarkan co-funding

Q: Apakah IP mempengaruhi penerimaan beasiswa?

Agung Mia

IP berpengaruh, tapi bukan satu-satunya. Banyak cerita teman saya dengan IPK kecil tapi banyak kegiatan di luar kampus dan sangat berprestasi di bidang non akademik mendapat beasiswa. Ingat, IPK adalah satu dari sekian banyak poin lainnya yang menjadi pertimbangan pemberi beasiswa.  Jika IPK mu tinggi, jangan terlalu puas. Pastikan juga prestasimu diluar kampus tetap bagus. Jadi terlihat kamu aktif. Jika IPK mu kecil, jangan down. Tingkatkan prestasi di bidang organisasi, volunteer, kegiatan sosial, dll

Q: Setelah diterima di University of Groningen, apa harus mengikuti kursus Bahasa Belanda dulu untuk bisa mengikuti perkuliahan, atau cukup dengan bahasa Inggris saja?

Rizky A. Putra :

Bahasa Inggris cukup. Dari awal saya memang mencari jurusan untuk mahasiswa internasional yang pengajarannya dalam bahasa Inggris. Namun memang bahasa Inggris itu sudah seperti bahasa kedua orang Belanda, dari di desa sampai di kota semua bahasa Inggris nya lancar, jadi tidak usah khawatir kendala bahasa. Hanya saja sayang kalau kuliah di Belanda tapi tidak bisa/belajar bahasa Belanda? Itulah kenapa disini saya juga belajar bahasa Belanda

Q: Adakah perkumpulan bagi mahasiswa penerima LPDP yang mengadakan sharing session untuk mahasiswa di Bali?

Rizky A. Putra :

Kalau untuk kegiatan outreach resmi dari LPDP ataupun alumni LPDP seperti sharing dll, maaf saya kurang tahu. Tapi yang jelas, perkumpulan awardee LPDP ada dimana-mana, baik di tiap kota luar negeri tempat universitas yang bekerjasama dengan LPDP, maupun kota dalam negeri tempat asal para awardee. Di angkatan PK saya sendiri pun ada beberapa awardee yang berasal dari dan tinggal di Bali. Jadi seharusnya acara sharing seperti itu bisa diusahakan.

Q: Poin apa dalam diri kakak yang dirasa menjadi salah satu poin kunci dalam mendapatkan beasiswa?

Rizky A. Putra :

Menurut saya setidaknya ada 2 yang utama: pantang menyerah dan percaya diri. Saya sempat ditolak banyak beasiswa sebelum saya diterima LPDP, bahkan di LPDP sendiri pun ini saya percobaan kedua baru diterima. Jangan down ketika gagal, justru dari situ kita bisa belajar untuk memperbaiki kesalahan sebelumnya, dan pemberi beasiswa mungkin malah akan salut dan melihat kesungguhan kita ketika sudah ditolak berkali-kali tapi tetap terus mencoba. Percaya diri juga tidak kalah penting. Bagaimana pemberi beasiswa akan mau mengamanahkan dana yang begitu besar untuk studi kita, kalau kita sendiri tidak percaya dengan kemampuan kita dan tidak bisa menunjukkannya ke pemberi beasiswa? Tapi jangan juga overconfident. Kita harus bisa mengukur kemampuan diri kita sendiri, dan jika percaya bahwa kita sanggup, tunjukkanlah itu. Kepintaran, nilai akademis, atau pengalaman organisasi itu menurut saya nomor sekian. Pemberi beasiswa tidak mencari kandidat yang pintar semata. Kepintaran itu relatif. Yang pintar banyak, tapi yang bermotivasi tinggi, tidak mudah menyerah, dan bersungguh2 berkomitmen sanggup meraih pendidikan yang diinginkan, itu yang dicari.

Agung Mia :

Saya rasa saya menunjukkan bahwa saya orang yang konsisten. Hal itu bisa dilihat dari track record pengalaman saya dan motivasi memilih jurusan. Contohnya: saya tulis di motivation letter bahwa saya ingin belajar tentang International Relations dan International Organization karena saya spesifik menyukai isu-isu organisasi internasional, khususnya ASEAN. Hal tersebut dibuktikan dengan skripsi saya tentang ASEAN, pengalaman saya sebagai salah satu Duta Muda ASEAN Kementerian Luar Negeri Indonesia, partisipasi saya dalam pertukaran pemuda level internasional yang berkaitan dengan ASEAN (SSEAYP, YSEALI, dan ASEAN-Korea Youth Conference), serta saya mengikuti konferensi internasional dan menulis paper sebagai publikasi dengan tema ASEAN. Hal ini menunjukkan bahwa saya konsisten dengan pilihan dan minat saya. Kedepan, saya yakin bidang studi saya berkontribusi untuk pembangunan Indonesia, mengingat Indonesia berperan penting di ASEAN. Jika kalian tertarik di bidang HAM, misalnya, tetapi tidak punya pengalaman dan tidak bisa mengaitkan dengan profil diri kalian tentu saja sulit. Saya yakin kalian hanya perlu melihat kembali track record kalian. Jika masih ada waktu, buatlah profil yang bagus saat ini dengan mengikuti berbagai kegiatan positif di kampus dan di luar kampus.

[Note] : Kalau kita baca jawaban Rizky A. Putra tentang poin kunci mendapat beasiswa, saya kagum dengan semangat Rizky A. Putra yang terus mencoba berkali-kali. Menurut saya ini hal penting yang harus diingat teman-teman yang mau mencari beasiswa. Bukan berarti kalau ditolak sekali langsung pasrah dan merasa tidak mungkin. Saya sendiri baru sekali mendaftar beasiswa S2 StuNed dan syukurnya langsung diterima. Banyak yang bilang ke saya wah hebat sekali coba langsung lolos. Padahal yang banyak orang tidak tahu adalah saya sudah lama mempersiapkan profil diri saya untuk mendaftar beasiswa. Jadi, kegagalan-kegagalan sudah banyak saya alami saat saya ikut kegiatan-kegiatan selama S1 sebagai persiapan saya untuk daftar S2. Jadi selalu ada proses dan perjuangan masing2 orang dengan cerita yang berbeda-beda.

Q: Menurut kakak, apa perbedaan mendasar dari sistem pembelajaran ketika kuliah di Indonesia dengan di luar negeri (Belanda)?

Rizky A. Putra :

Jujur, perbedaan sistem pembelajaran yang sangat mencolok ini yang sempat membuat saya mengalami culture shock. Mungkin semua mahasiswa Indonesia yang belum pernah mengenyam pendidikan di luar negeri mengalami ini. Disini, mahasiswa sangat dituntut untuk aktif, baik di luar kelas (membaca bahan bacaan pelajaran secara mandiri, contohnya) maupun di dalam kelas (partisipasi aktif, bertanya, menjawab). Pelajar Indonesia cenderung terbiasa degan sistem yang pasif, kita terbiasa hanya mendengarkan pelajaran dari guru, lalu ujian, selesai. Disini, semua siswa aktif bahkan berebut menyampaikan opininya di kelas. Debat di kelas, bahkan mendebat dosen adalah hal yang biasa. Di Indonesia mungkin akan dianggap kurang ajar. Saya pernah terbengong karena melihat 3 mahasiswa “mengeroyok” mendebat 1 dosen, hal yang mana belum pernah saya alami di tanah air. Tapi itu juga faktor pembeda lainnya: egaliter. Meski di kelas berdebat keras, setelah selesai kelas ya biasa aja ngobrol lagi. Dosen disini malahan tidak mau “didewakan”. Mereka menganggap dirinya setara dengan mahasiswa, bahkan meminta dipanggil dengan nama depan (informal), sesuatu yang hingga sekarang pun saya masih coba membiasakan diri. Tapi itu semua ternyata memang akan membuat siswa belajar dengan santai tanpa tekanan, menstimulasi pemikiran sekaligus melatih kemampuan berbicara, dan hasilnya materi akan lebih menancap di ingatan. Sebenarnya masih banyak hal lain seperti masalah ketepatan waktu dan plagiarisme, tapi itu semua di atas memang yang paling mendasar sekaligus mengagetkan buat saya pribadi.

Agung Mia :

Ada dua hal perbedaan mendasar menurut saya: persiapan sebelum masuk kelas dan keaktifan dalam berdiskusi. Pertama, persiapan sebelum masuk kelas. Ketika saya kuliah S1 dulu, sebelum masuk kelas saya hanya membaca 5-10 halaman tentang berita-berita terkini yang berkaitan dengan mata kuliah saya. Beberapa kali justru apa yang dibicarakan di kelas berbeda dengan apa yang saya prediksi, dan saya saat itu juga tidak selalu mengecek silabus mata kuliah. Disini, setiap pertemuan sangat jelas apa yang akan dibahas dan apa yang harus dibaca sebelum masuk kelas. Jadi, di awal pertemuan, silabus mata kuliah selama blok tersebut sudah jelas, hari apa, tanggal berapa, materinya apa, bahan bacaannya apa. Mata kuliah saya, misalnya, mewajibkan mahasiswa membaca 3-5 jurnal, dengan panjang 30-80 halaman per jurnal. Apakah harus dibaca? Jawabannya ya. Jika tidak dibaca, saat di kelas kita tidak mengerti penjelasan dosen dan arah diskusi. Disini dosen tidak menjelaskan lagi dari awal tetapi mengharapkan diskusi dan pertanyaan dari materi bacaan yang sudah diberikan sebelumnya. Kedua, keaktifan dalam berdiskusi. Ketika pertama kali masuk kelas saya juga agak kaget, semua orang (kebanyakan orang-orang Eropa) selalu angkat tangan dan aktif bicara. Semua berani menyampaikan pendapat, berani menyampaikan kritik dan pertanyaan secara terbuka. Seringkali bahkan ada yang terus-menerus angkat tangan (10-20 kali) dalam satu sesi diskusi. Jika kita diam saja dan tidak berbicara, tentu akan terlihat sangat tidak menguasai materi. Berbeda dengan S1 di Indonesia biasanya jika ada kelas selama 2 jam, 1,5 jam diisi dengan materi dari dosen, dan 30 menit tanya jawab. Disini, sejak awal dosen membuka sesi diskusi dan menyelipkan penjelasan selama diskusi berlangsung. Tetapi, ini juga tergantung mata kuliah yang diambil ya. Ada 1 mata kuliah saya yang formatnya memang full lecture (diisi dengan pemaparan materi dari dosen) dan tanya jawab di akhir. Mata kuliah saya yang lain isinya full dengan diskusi dan saling menyampaikan pendapat berdasarkan materi bacaan.

Q: Saat  apply beasiswa LPDP ini, apakah status kakak sudah bekerja? Jika iya, apakah pekerjaan kakak tersebut berpengaruh terhadap penerimaan beasiswa kakak?

Rizky A. Putra :

Status saya saat apply seluruh beasiswa tersebut adalah sudah bekerja di Kementerian Luar Negeri. Itu juga yang sejujurnya membuat sempat down, pekerjaan saya cukup membanggakan lho, masa gagal sih? Lalu setelah bangkit, saya mempelajari kegagalan saya, dan ternyata mungkin justru disitulah kesalahan saya. Saya merasa terlalu percaya diri dengan status saya. Saya kurang persiapan terutama dalam hal jawaban wawancara dan motivation letter. Saya pun berusaha memperbaiki itu, saya bertanya ke teman-teman saya yang sudah berhasil dapat beasiswa. Saya coba lagi, kali ini dengan persiapan yang lebih matang dan lebih rendah hati. Dan akhirnya saya diterima. Pesan moral yang ingin saya sampaikan adalah, jangan malu mengakui kesalahan, justru orang yang besar adalah yang bisa menerima dan mengakui kesalahannya lalu mau belajar untuk memperbaiki itu semua. Pekerjaan seseorang ketika melamar beasiswa berpengaruh, selama itu sejalan dengan motivasinya mendapatkan beasiswa. Meskipun saya bekerja di Kemlu, jika alasan saya ingin mendapatkan beasiswa adalah untuk mendukung hobi saya bermain sepakbola, misalnya, tentu saja tidak akan dipertimbangkan. Saya bekerja di Kemlu, saya ingin kuliah di luar negeri agar bisa belajar lebih jauh tentang keamanan internasional, agar bisa berkontribusi lebih baik di pembuatan kebijakan luar negeri Indonesia di bidang keamanan (sebagai contoh), itulah jawaban yang diinginkan oleh pemberi beasiswa. Sejauh mana motivasi kamu sejalan dengan latar belakang kamu. Bukan hanya pekerjaan semata.

Q: Saat apply beasiswa apakah sebelumnya kakak sudah sempat masuk ke tahap wawancara juga dan ada yang sebelumnya masih di tahap seleksi berkas juga namun tidak diterima?

Rizky A. Putra :

Ya untuk LPDP percobaan pertama, saya sudah sampai tahap wawancara namun gagal. Kemudian Stuned dan Chevening, keduanya tidak ada wawancara, dan salah satu unsur penilaiannya adalah motivation letter. Dan di keduanya saya juga gagal. Dari situlah saya mempelajari kembali mengapa wawancara dan motivation letter saya gagal membawa saya mendapatkan beasiswa yang diinginkan, lalu saya memperbaikinya.

Q: Bagaimana pandangan kakak, semisal jurusan yang dicari pada pendaftaran beasiswa S2 selaras dengan jurusan saat kuliah S1, namun tidak relevan dengan pekerjaan terakhir pasca lulus S1?

Rizky A. Putra :

Pekerjaan terakhir memang berpengaruh, tetapi yang paling menentukan adalah motivasi kamu. Saya ada beberapa teman yang pekerjaannya tidak sesuai dengan pendidikan S1 nya, namun diterima beasiswa, karena mereka berhasil meyakinkan pemberi beasiswa apa motivasi mereka sebenarnya, dan apa yang dapat mereka kontribusikan setelah selesai S2 nanti. Jadi pekerjaan mereka pasca S1 bukan berarti jadi penghalang atau penentu utama.

Q: Saat wawancara apa yang biasanya ditanyakan oleh assessor, dan trik trik apa yang bisa kita gunakan agar assessor dapat percaya dengan kita dan bisa memberikan kita nilai yang baik?

Agung Mia :

Untuk beasiswa StuNed tahun lalu tidak ada wawancara. Hanya ada 1 seleksi berkas. Jadi, hanya 1 kesempatan saja sekali daftar. Harus benar-benar maksimal di tahap ini. Organisasi bukan syarat mutlak satu-satunya, tapi saya yakin itu menambah poin kalian. Di StuNed, ada bagian khusus tentang Community/Volunteer experience dimana kalian harus upload bukti bahwa kalian ada pengalaman di bidang itu. Jika kalian tidak punya sama sekali, tentu poin di bidang ini kurang. Tapi sekali lagi ini bukan poin satu-satunya. Untuk StuNed, saya pernah ngobrol dengan salah satu tim NESO (Nuffic Neso Indonesia : organisasi resmi yang bekerja sama dengan Kementrian Pendidikan, Budaya, dan Sains Belanda serta Kementerian Luar Negeri Belanda untuk menjadi perwakilan Belanda di Indonesia dalam bidang pendidikan), dia bilang kenapa community/volunteer experience penting karena itu menunjukkan kalian peduli dengan keadaan sosial sekitar kalian, bukan hanya mentok di kelas saja.

Rizky A. Putra :

Tergantung mekanisme penerimaan beasiswanya juga ya, karena ada yang menggunakan sistem wawancara seperti LPDP dan AAS, ada juga yang hanya mengirimkan berkas (termasuk motivation letter) secara online seperti Chevening dan StuNed. Secara umum, biasanya dalam wawancara para assessor ingin menilai secara langsung karakter kamu apakah sesuai dengan yang tertulis dalam motivation letter atau CV, menilai keterkaitan motivasi kamu, serta menilai mengapa mereka layak memberi kamu beasiswa daripada ribuan pelamar lainnya. Trik menjawabnya sebenarnya sederhana: jadilah diri kamu sendiri, tunjukkan keseriusan dan kesungguhan kamu, serta tunjukkan apa yang bisa kamu berikan buat pemberi beasiswa, bahkan buat masyarakat atau negara. Karena tentu mereka tidak akan mau memberi kamu beasiswa full kalau tidak akan menguntungkan buat institusi ataupun publik. Tidak perlu yang muluk-muluk juga kok, cukup dengan saya akan menggunakan ilmu yang saya pelajari untuk memperbaiki sistem irigasi sawah di desa-desa, misalnya, kalau kamu berlatar pendidikan pertanian. Itu sudah lebih meyakinkan daripada saya akan mengubah ideologi negara ini karena tidak sesuai dengan pembangunan, misalnya.

Q: Apakah ada pemeriksaan kesehatan yang hasilnya akan dapat menentukan dapat mengikuti atau tidaknya ke tahap selanjutnya untuk pendaftaran kuliah diluar negeri?

Agung Mia :

Untuk penyakit tertentu tidak ada ketentuan, tetapi di Belanda nanti kalian harus mengikuti tes TBC

Rizky A. Putra :

Untuk pemeriksaan kesehatan, memang biasanya ada, tetapi dengan tujuan untuk kebaikan kita sendiri juga selama menuntut ilmu di negara tujuan. Misalkan untuk studi di Belanda harus ada keterangan bebas penyakit TBC, itu sebenarnya bertujuan baik untuk kita sendiri, karena di Belanda belum ada fasilitas untuk menyembuhkan penyakit tersebut karena penyakit tersebut  tidak umum disini, selain juga dikhawatirkan akan menyebarkan penyakit tersebut disini

Q: Berapa lama waktu yang kakak lalui dari proses pendaftaran ke universitas hingga mendapat LoA?

Agung Mia :

Saya daftar sekitar awal Januari, akhir Januari saya dapat LOA conditional, awal Februari saya kirim berkas fotokopi ijazah S1 ke Belanda lalu pertengahan Februari saya menerima LOA Unconditional, 15 Maret 2018 deadline aplikasi StuNed, 11 Mei saya mendapat email diterima beasiswa StuNed, 27 Agustus 2018 saya berangkat ke Belanda.

Rizky A. Putra :

Saya lupa tanggal tepatnya, tetapi jarak antara submit application dengan keluar LoA tidak terlalu lama. Untungnya RUG memang cepat dalam merespon lamaran studi. Kalau tidak salah akhir agustus 2017 saya submit dokumen online, awal september 2017 sudah keluar LoA conditional, lalu saya titip dokumen kepada teman saya yg berangkat kuliah di tahun tersebut utk diserahkan ke RUG, dan beberapa hari setelah dokumen tersebut diterima oleh pihak kampus, LoA unconditional saya keluar. Sekedar informasi tambahan, saya memang sudah mendapat LoA di tahun 2017 namun baru berangkat akhirnya pada tahun 2018 karena satu dan lain hal yg membuat saya harus menunda perkuliahan saya

Q: Sebagai mahasiswa semester awal, langkah awal apa yg saya harus lakukan untuk menyiapkan profil saya dengan baik, mengingat kemampuan saya berbahasa Inggris saya masih sangat jauh dari kata baik

Agung Mia :

Saran saya, persiapan Bahasa Inggris sangat penting, karena nanti ada persyaratan harus memenuhi nilai IELTS yang diminta kampus/pemberi beasiswa. Jadi, belajar Bahasa Inggris sendiri atau bisa juga ikut kursus Bahasa Inggris

Rizky A. Putra :

Wah justru kamu harusnya bersyukur masih di semester awal, masih banyak waktu dan kesempatan untuk memperkaya diri kamu dengan pengalaman dan skill yg dibutuhkan. Saya juga salut kamu masih semuda itu tapi sudah visioner ingin mendapatkan beasiswa lanjutan. Kemampuan bahasa Inggris masih bisa dikembangkan dgn berbagai cara, bisa ikut les bahasa Inggris, banyak menonton video belajar di Youtube, bahkan bisa belajar nonton film tanpa subtitle juga. Terus diasah, nanti terbiasa dan akhirnya bisa.

Q:Organisasi apa yang bisa saya ikuti baik di dalam maupun di luar kampus yg bisa saya ikuti untuk menambah pengalaman?

Agung Mia :

Untuk pengalaman organisasi menurut saya ikuti organisasi yang sesuai minatmu, jangan hanya ikut-ikutan asal ada pengalaman organisasi aja. Kalau tidak sesuai minat, nanti ikut organisasi malah jadi beban dan kamu males datang. Sebaliknya, kalau organisasinya sesuai dengan minatmu kamu jadi semangat dan bisa mendapat banyak soft skill baru. Organisasi di kampus bisa berupa BEM, atau himpunan mahasiswa jurusan. Diluar kampus banyak organisasi pemuda yang positif, coba cek di Google mana yang sesuai dengan minatmu ya.

Rizky A. Putra :

Pengalaman organisasi saya setuju dengan yang dikatakan Agung Mia. Pilih dan ikuti dengan serius organisasi yang sesuai dengan minat kamu. Paling dasar, kamu bisa gabung Himpunan Mahasiswa di jurusan kamu, atau BEM, dan organisasi kampus lainnya. UKM juga bisa. Kalau mau lebih lagi, ikuti jejak Agung Mia yang aktif di kegiatan luar kampus seperti pertukaran pelajar dan kebudayaan, dll. Saya sendiri saksinya Agung Mia di Duta Muda ASEAN lho. Kamu masih punya waktu bertahun-tahun untuk mengasah kemampuan diri kamu, dengan konsistensi dan motivasi yang terus dijaga, kamu pasti bisa meraih cita-cita kamu, yakinlah dengan diri kamu sendiri dulu.

Saran dari Agung Mia :

  • Saran saya untuk kalian semua buatlah step-by-step to do list. Memang beasiswa ini keliatannya banyak banget, ribet, bingung mulai dari mana. Tapi kalau kalian tulis, buat daftar tabel/jadwal apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana melakukannya, lama-lama tidak terasa semua syarat udah terkumpul
  • Baca semua ketentuan sesegera mungkin, buat checklist universitas dan jurusan, buat timetable sesuai deadline kampus & beasiswa. Sekali lagi jangan malas membaca ketentuan dan detail-detailnya ya.

Semoga informasi-informasi yang disampaikan dari sharing session ini bermanfaat buat kamu ya, terutama buat yang berencana atau sedang mempersiapkan diri untuk kuliah di luar negeri dengan beasiswa.  Seperti yang sudah disampaikan oleh kedua narasumber kita, kalau kita ingin kuliah di luar negeri dengan beasiswa kita tidak boleh mudah menyerah dan harus mempersiapkan diri kita lebih awal. Salah satu persiapan pentingnya adalah menguasi Bahasa Inggris dengan baik. Kamu masih bingung memilih tempat les Bahasa Inggris yang tepat? Langsung aja daftar ke S & I Learning Centre! Mengapa S & I Learning Centre? Karena disini kalian akan dibimbing oleh tutor-tutor yang sudah kompeten dan berpengalaman. Selain itu, metode yang diterapkan adalah Fun Learning yang membuat suasana belajar lebih santai karena diselipkan beberapa games yang membuat kamu lebih mengerti tentang materi yang disampaikan. Ayo daftar sekarang! Nikmati juga Promo Paket Belajar 3 Bulan dan dapatkan potongan harga hingga Rp.600.000.

Informasi lebih lanjut di :

WA : 081905267771 (Mita)

IG : @suryaintentilia