Q : Menurut kakak apa hal yang paling susah selama persiapan sampai program KPN dimulai?

Dede Mahendra :

Menurut saya yang hal yang paling susah selama persiapan sampai program adalah menyiapkan pertunjukkan budaya yang mana itu adalah hal wajib. Domisili kami yang berbeda daerah membuat kami pada saat itu harus mencari waktu hanya saat libur untuk kumpul menyiapkan sebuah pertunjukkan tari. Tapi semua itu bisa kami atasi dengan baik dengan berlatih sendiri-sendiri lewat video. Walaupun saya dan 4 teman KPN lainnya notabene baru mengenal satu sama lainnya, namun kami dengan cepat klik seperti sudah kenal lama sehingga beberapa kendala bisa kami atasi dengan baik.

Q : Menurut kakak, apa hal yang paling menarik selama kakak mengikuti program tersebut?

Dede Mahenra :

Ada beberapa hal yang menarik saat kakak mengikuti program KPN ini diantaranya kami diajak mengunjungi beberapa daerah di Indonesia yang sebelumnya belum kami ketahui khususnya daerah 3T (terdepan, tertinggal, terluar), kami diajak berlayar menggunakan sebuah kapal perang yang notabene tak sembarang orang bisa menumpanginya (jadi berasa tamu istimewa, hehe), momen mandi khatulistiwa saat kapal kami melintas di garis lintang 0 derajat, dan yang paling istimewa adalah bisa bertemu selama sebulan penuh  dengan para delegasi dari 33 provinsi lainnya serta delegasi dari beberapa negara Asia Tenggara (Malaysia, Vietnam, Myanmar, dan Timor Leste).

Q : Dari pengalaman kakak mengikuti program tersebut apa manfaat yang bisa kakak petik hikmahnya dan bisa diimplementasikan untuk bangsa Indonesia?

Dede Mahendra :

Hikmah yang bisa kakak petik adalah tentang toleransi/menghargai keberagaman baik itu suku, budaya, ras, dan agama. Selain itu, ternyata masih banyak pulau-pulau kecil indah yang ada di Indonesia yang belum saya dan bahkan orang lain tahu sehingga rasa kecintaan kakak pada negeri ini semakin kuat. Kebetulan pula saya seorang guru, mengikuti program ini bak hadiah yang tak ternilai karena pengetahuan dan pengalaman saya tentang keIndonesiaan semakin bertambah untuk bekal mengajar anak-anak bangsa ini.

Ayu Susanti :

Pelajaran yang bisa aku petik yang paling kentara adalah toleransi ya. Di Australia orang dari seluruh ras didunia ada disana. Mereka bisa hidup dengan damai tanpa membedakan satu sama lain. They mind their own business dan aku sangat enjoy akan hal itu disana.

Program AIYEP juga fokus pada people to people contact, sehingga kepekaanku pada orang sekitar juga dilatih disini.

Q : Menurut kakak, apakah hal yang paling menonjol dari diri kakak yang menjadikan kakak bisa mendapatkan kesempatan mengikuti program tersebut?

Dede Mahendra :

Hal yang paling menonjol mungkin pengetahuan umum kakak yang kuat karena memang sebagai guru kemampuan itu sangat perlu. Mungkin juga ditunjang kemampuan komunikasi sehingga pengetahuan yang kakak miliki bisa tersampaikan dengan baik

Ayu Susanti :

Hal yang paling menonjol sepertinya karena aku menolak untuk kalah walau pernah gagal pada percobaan sebelumnya. Orang mungkin akan berpendapat kita terlalu ambisius pada saat itu, namun pada kenyataannya, pendapat orang tidak membantu kita mencapai hasil yang kita inginkan samasekali. Yang akan membantu adalah diri kita, dan support dari orang2 terdekat. Jadi, ya, jangan menyerah walau sudah pernah gagal sebelumnya.

Q : Bagaimana menurut kakak pentingnya skill Bahasa Inggris dalam mengikuti program pertukaran? Apakah harus benar-benar lancar atau coba-coba saja?

Ayu Susanti :

Karena kebetulan aku menuju program di Australia, dan Australian bahasa utamanya adalah Bahasa Inggris, jadi penting sekali untuk setidaknya tau bahasa tersebut, lebih bagus lagi jika fasih. Aku cukup beruntung karena memang sejak sekolah sudah senang dengan pelajaran Bahasa Inggris, lalu kuliah juga mengambil Bahasa Inggris jadi sejalan. Tapi jangan berkecil hati, jika sekarang kalian belum lancar, masih ada waktu untuk belajar. Selain disekolah, ada banyak cara untuk menguasai Bahasa Inggris seperti dengan banyak mendengarkan lagu berbahasa inggris, membaca literasi Bahasa Inggris ringan, dan bisa mengikuti kursus kursus Bahasa Inggris.

Q: Bagaimana kakak  beradaptasi di luar negeri saat kakak mengikuti program pertukaran pemuda?

Ayu Susanti :

Untuk adaptasi aku lakukan sejak belum berangkat ya, dengan mencari budaya orang disana, do’s and dont’s saat berada disana, juga banyak bertanya pada alumni program sebelum aku. jadi saat tiba disana, kurang lebih gambarannya sudah ada kira-kira akan seperti apa. Terlebih Australia cukup mirip dengan Bali ya, akulturasi budanya cepat, sebaran masyarakat dari berbagai daerah cukup sama tingginya, sehingga kita sebagai orang Bali yang terbiasa dengan toleransi akan mudah saja bergaul disana. Tidak heran kan banyak bule Australia yang betah tinggal bahkan menetap di Bali.

Q: Bagaimana cara kakak untuk membuat diri kakak bisa meraih AIYEP 2015 ?

Ayu Susanti :

Aku kebetulan dipercaya ikut AIYEP setelah beberapa kali mencoba. Jadi pernah gagal di percobaan pertama, dan dihari itu juga udah mempersiapkan diri untuk seleksi tahun depan. Persiapannya selain belajar dari pengalaman sebelumnya terutama hal-hal yang membuat kita gagal, juga fokus pada poin-poin yang akan membuat kita lebih mungkin untuk memenangkan seleksi. Misal dalam seleksi, yang menjadi fokus AIYEP adalah pelayanan publik dan kesenian daerah. Maka dalam waktu 1 tahun aku fokus mengembangkan diri dalam hal pelayanan publik, ikut banyak kegiatan sosial, memperluas organisasi dan melatih diri dalam bidang kesenian yang akan membantu pengembangan softskill dan kemungkinan besar akan menambah poin penilaian seleksi. In other word, know your war and prepare your perfect weapon.

Q: Apa yang kakak lakukan disana jika ada yang menanyakan hal negatif tentang Indonesia?

Ayu Susanti :

Jika ada yang menanyakan ya, aku jawab dengan santai saja. Dan lebih menjawab dengan tindakan, misal kalau ada orang yang menganggap Indonesia suka ngaret, ya kita tunjukkan kita jangan ngaret, jadi bisa membuktikan sendiri ke mereka

Q: Bagaimana cara kak belajar Bahasa Inggris untuk AIYEP ( TOEFL/IELTS) ? karena setahuku Australia paling sulit ditembus?

Ayu Susanti :

Untuk TOEFL aku latihan bank soal TOEFL yang bisa didapat di toko buku terdekat. Nah, selain itu, tes online TOEFL yang tanpa bayar juga bisa banyak didapat di internet. Ditambah, aku minta bantuan teman-teman sana sini yang lebih jago dari aku terutama dibidang grammar utk liat dibagian mana aku masih perlu improve. Jadi ya, jangan malu bertanya terutama kalau kita memang belum tau. It helps a lot

Q:  Apa aja kesulitan yang kakak temui sebelum lolos program yang kakak ikuti ?

Ayu Susanti:

Kesulitan terbesar, well, mengalahkan rasa malas dan pesimis. Apalagi aku pernah gagal sebelumnya. But then, aku tau kalau aku nyerah saat itu, sudah pasti aku tidak akan dapat apa yang aku mau. Jadi aku liat balik, sudah sejauh apa aku berusaha, itu cukup memberi banyak energi untuk terus mencoba lagi. Oya, bahkan pada saat sudah meraih AIYEP, tantangan yang lebih besar datang lagi. Setelah dinyatakan lolos, aku dihadapkan pada 2 pilihan sulit. Yaitu, pergi ikut AIYEP atau melanjutkan kuliah. Karena program AIYEP selama kurang lebih 5 bulan, aku dituntut untuk cuti kuliah (saat itu semester 6) tapi dengan segala pertimbangan, aku lebih pilih pergi ikut AIYEP dan menunda kuliah selama 1 tahun (karena sistem dulu aku tidak bisa cuti 1 semester, jadi harus 1 tahun). Ini baik sekali dijadikan bahan pembelajaran, karena justru pengalaman AIYEP membuatku mendapat cukup banyak tawaran pekerjaan bahkan sebelum aku lulus kuliah. Dan saat ini ketika aku bekerja di bidang Human Resource & Development, aku pribadi tidak pernah menanyakan berapa lama masa kuliah saatnorang itu melamar pekerjaan, berapa IPK nya atau apakah mereka lulus 3,5 tahun atau 4 tahun tepat. Yang aku tanyakan pada fresh graduate justru apa saja yang telah diikuti selama masa kuliah. pernah kemana saja, apa yang dilakukan, dan apa yang sudah dipelajari dari pengalaman diluar kampus. Tamat 4 tahun tentu sangat baik, tapi tamat 4 tahun tepat dengan CV yang masih kosong dibanding tamat 5 tahun tapi CV nya penuh dan kaya pengalaman, akan jauh lebih menarik dimata industri, kira-kira demikian.

Dede Mahendra :

Kesulitan yang dialami sebelum lolos sebenarnya berperang sama diri sendiri. Seperti ngelawan kemalasan diri sendiri, takut sebelum mencoba, dll. Padahal setelah dicoba ternyata tidak sepenuhnya seperti apa yang kita bayangin sebelumnya. Susah pasti ada, tapi kuncinya mau dulu ngelawan diri sndiri dari rasa malas itu.

Q: Apa saja syarat untuk dapat lolos program KPN ?

Dede Mahendra:

Persyaratan umumnya yang pasti adalah WNI, usia rentang 18-25 tahun, belum menikah, belum pernah mengikuti program ini sebelumnya, tidak menggunakan narkoba, memiliki kontribusi positif di masyarakat, bersedia melakukan kegiatan pasca program (PPA) dan masih ada beberapa lagi syarat umum dan khusus lainnya. Kalian juga bisa akses di media sosialnya @pcmibali atau akses ke pcmibali.wordpress.com. Yang penting rajinin kepo atau cari-cari info baik lewat teman, medsos atau media manapun. Saya rasa syaratnya mudah banget, sekarang tinggal diri kita mau nyoba atau engga.

Q: Bagaimana kakak membagi waktu antara mempersiapkan diri mengikuti AIYEP dengan kuliah?

Ayu Susanti :

Aku kebetulan saat itu kuliah di Singaraja, tapi masih bisa mengatur waktu. Kalau weekend aku balik ke Denpasar, ketemu alumni dan teman-teman. Selain itu di PCMI kami sudah dibantu dengan jadwal persiapan keberangkatan juga, sisanya tinggal diatur sendiri-sendiri misal Sabtu Minggu khusus persiapan program, Senin-Jumat aku di Singaraja

Q: Ada alasan khusus mengapa kakak memilih mengikuti program tersebut ?

Dede Mahendra :

Untuk alasan khusus pasti ada, ini karena saya ingin menjelajah sisi lain dari Indonesia dengan cara yang berbeda. Saya pikir kapan lagi bisa diajak keliling Indonesia bahkan tahu tempat-tempat 3T nya Indonesia. Selain itu juga ingin meningkatkan rasa kecintaan saya kepada tanah air lewat program ini..

Ayu Susanti :

Program PPAN menerapkan sistem kuota negara yang berbeda setiap tahunnya. Kebetulan kuota Australia untuk peserta putri tersedia di tahun 2015. Aku juga sudah mulai membahas Australia sejak masih kelas 6 SD. saat itu aku selalu bilang “nanti Ayu mau ke Australia deh” and voila, terjadi. Sebenarnya keberhasilan itu diciptakan 2 kali teman-teman. Pertama didalam pikiran, kedua dalam tindakan, biasanya pasti berhasil. You are what you think.

Q: Apa saja kemampuan yang harus kita asah untuk mempersiapkan diri kita dalam mengikuti program tersebut?

Dede Mahendra :

Kemampuan khusus mungkin tidak ada, tetapi minimal kita bisa berenang. Just in case ada sesuatu yang mengharuskan kita untuk berenang walaupun berlayar menggunakan KRI pasti sangat safety. Kemampuan lain yang pasti adalah kemampuan adaptasi karena sebulan kita akan berlayar bersama orang baru dengan latar belakang dan sifat yang berbeda pula. Saya rasa itu yang sangat penting sekali.

Q: Apakah sebelumnya kakak sudah pernah mencoba mengikuti seleksi program lain sebelum mengikuti KPN?

Dede Mahendra

Sebelumnya saya belum pernah mencoba hanya pernah mendengar, ini yang pertama kalinya dan puji Tuhan bisa langsung terpilih.

Q: Bagaimana kesan kakak terhadap budaya di negara yang kakak kunjungi?

Ayu Susanti

Autralia tidak sama seperti Indonesia dalam hal kebudayaan. Kalau di Indonesia kebudayaan daerah kita banyak, di Australia hampir tidak ada yang spesifik. Ada suku Aborigin tapi pun tidak terlalu banyak sekarang. Mereka lebih ke gaya hidup dan cara hidup modern ya. Seperti olahraga yang sangat lekat dengan orang-orang Australia. Sayapun jadi lebih sadar dengan kesehatan setelah pulang program, dan seperti yang saya ceritakan tadi, budaya toleransinya juga sangat mengispirasi.

Q: Mohon dijelaskan lebih jauh mengenai program atau project yang dijalankan di Aussie selama program? Mengingat kegiatannya cukup lama yaitu sampai 5 bulan.

Ayu Susanti

Kami ada courtessy call yaitu kunjungan ke bagian pemerintan australia di Canberra. Setiap selasa kami berkeliling ke sekolah-sekolah untuk mempertunjukkan budaya, lalu kami juga magang di bidang yang sesuai minat kami. Dulu aku memilih mengajar di Rosary Primary School Canberra. Mengajar Bahasa Indonesia. Lalu kembali ke Indonesia ada phase di Kalimantan kurang lebih polanya sama. Kunjungan pemerintah, cross cultural understanding, dan magang. Dalam setiap pemagangam kita dibekali surat tanda kerja loh atau recommendation letter. Itu yang membantu aku melamar pekerjaan bahkan sebelum wisuda. So worth it.

Q: Selama beradaptasi dengan teman baru yang jumlahnya banyak, adakah hambatan yang cukup terasa dan cukup menghambat atau menjadi ganjalan? Mengingat banyak orang dari berbagai daerah berarti ada banyak kebiasaan dan kebudayaan juga.

Dede Mahendra

Dengan jumlah peserta yang lumayan banyak, hambatan pasti ada. Misal ada yang bersih ada juga yang jorok dalam satu kamar. Ya kita coba memposisikan diri sebaik mungkin agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Tapi selama program justru hal-hal aneh dari berbagai daerah tersebut yang menjadi kenangan yang tak terlupakan. Intinya, toleransi sih mnurut aku

Q: Apakah kakak tidak takut berlayar lama? Apakah kakak pernah mengalami mabuk laut? Bagaimana cara jaga kesehatan selama program?

Dede Mahendra

Awalnya memang sedikit takut, tapi hari demi hari jadi sudah seperti biasa dengan KRI apalagi dengan jadwal kegiatan yang sangat padat dari pagi sampai malam setiap harinya saya sampe lupa lagi berlayar. Tau-tau sudah sampai di daerah tujuan aja. Untuk mabuk laut kebetulan tidak pernah. Untuk jaga kesehatan terutama di dalam kapal kita sudah ikut aturan ketat dari TNI mulai dari sarapan sampai makan malam terjamin dengan menu andalan TNI yaitu TAI. TAI (telur, ayam, ikan) pagi nasi telur, siang nasi ayam, malam nasi ikan. Jadi dikasi menu seperti itu, sudah pasti sehat.  Jadi yang unik kita peserta bergiliran sesuai kelompok yang menyiapkan makanan di hari itu bareng tim masak dari TNI juga. Jadi seru. Tapi klo ada yang sakit di tengah perjalanan kapan harus ke ruang rawat ada tim kesehatan juga yang standby 24 jam. Di dalam kapal ruangan ber AC kan rawan penyebaran virus.

Q: Apakah program ini membuat kakak ingin lanjut studi/bekerja di Aussie? Network seperti apa yang kakak bangun selama program di sana?

Ayu Susanti

Kalau untuk pekerjaan aku prefer di Bali karena memang kebetulan sudah cukup settle ya. Tapi hubungan pertemanan yang luar biasa dengan teman-teman saat program dan keluarga asuh saat program masih terjalin. Disini aku baru mulai pekerjaan jadi untuk pergi bekerja di Aussie akan sedikit tricky karena fokus akan terpecah. Akan lebih baik kalau aku bisa fokus membangun yang satu dengan serius.

Q: Dari yang saya simak pada penyampain Kak Dede, selama program KPN kakak mengunjungi desa-desa 3T, bisa dijelaskan salah satu program yang kakak lakukan saat kakak berkunjung ke desa-desa 3T tersebut?

Dede Mahendra

Program yang kami lakukan selama mengunjungi beberapa daerah 3T misalnya di kepulauan Talaud. Kami melakukan kunjungan/ramah tamah dulu ke pemerintah disana misalnya ke Bupati Talaud. Kemudian biasanya diadakan baksos di tempat tertentu waktu itu aku di pantai tapi aku lupa nama pantainya. Trus ada juga program homestay beberapa hari kita jadi anak angkat salah satu keluarga di daerah tersebut. Ada juga program pentas budaya dimana kita menampilkan beberapa kesenian kita. Bali saat sail dapat kesempatan 3x pentas bahkan. Selain beberapa program yang saya sebutkan tadi, yang paling ditunggu peserta biasanya Pesiar ataujalan-jalan.

Q: Dimana bisa saya daparkan info lebih lengkap mengenai program-program pertukaran pemuda?

Ayu Susanti

Bisa update di wordpress kami, ada juga instagram @pcmibali jadi banyak info didapat darisana ya. Terutama detail tiap tahun yang kadang disesuaikan jadi banyak perubahan.

Q: Bagaimana pengalaman Kak Ayu saat mengajar Bahasa Indonesia di Aussie?

Ayu Susanti

Sebenarnya kita patut berbangga ya. Indonesia salah satu bahasa yang sangat diminati disana selain Prancis. Aku juga takjub dengan fasilitas pembelajarannya yang sangat difasilitasi. Anak-anaknya juga sangat semangat.