Sharing Session Storytelling #3 “Beasiswa Kuliah di Dalam Negeri”
Q : Apa yang harus dipersiapkan saat kita ingin memutuskan ikut beasiswa?
Diah :
Harus tahu jurusan dan kampus yang diminati, harus tahu setelah lulus mau melakukan apa, harus tahu syarat-syaratnya. Paling tidak sudah harus tahu 2 tahun sebelum rencana kuliah dilakukan
Nova :
Yang menjadi persiapan awal adalah komitmen. Komitmen untuk berusaha dan berjuang sekuat-kuatnya dan semampu-mampunya. Komitmen itu penting agar kita terikat pada janji kita terhadap diri kita sendiri. Jadi, mungkin yang biasa PHP-PHP, tidak akan mungkin kan PHP sama diri sendiri juga? Jadi buatlah komitmen dulu, apakah siap berusaha dan berjuang sekuat-kuatnya untuk masa depan dan mendapatkan beasiswa S2? MAU!
Q : Kendala apa saja yang mungkin terjadi pada saat ikut program beasiswa dan apa solusinya?
Diah :
Krisis percaya diri solusinya koreksi diri, gali lebih dalam potensi diri, sering sharing dengan orang panutanmu, yakinkan diri bahwa kamu pantas mendapatkan beasiswa. Krisis keuangan, solusinya rajin nabung, bekerja baik part time/full time, pintar-pintar mengatur keuangan dan melihat kesempatan. Kebanyakan ambil kegiatan lain jadi bentrok dengan persiapan seleksi beasiswa jadi tidak optimal, solusinya harus direncanakan dan dijadwalkan dengan baik. Jadwal istirahat dan bersenang-senang juga penting lo ya. Yang paling sering saya temui adalah krisis nilai TOEFL/IELTS. Ini kendala yang banyak saya temui dan biasa perjuangan akan terhenti ketika syarat TOEFL belum memadai dan waktu yg ditargetkan sudah habis. Jadi, ada baiknya disiapkan jauh-jauh hari, jauh-jauh minggu, jauh-jauh bulan.
Nova :
Yang paling umum biasanya keterlambatan pencairan dana. Hal ini cukup wajar terjadi karena yang menerima beasiswa bukan hanya puluhan, atau ratusan saja, tapi puluhan ribu mahasiswa dan tersebar di berbagai belahan dunia. Terlambatnya pun tidak lama, hanya selang 1-2 hari saja. Solusi utamanya selalu hemat dan punya simpanan untuk persiapan jika ada keterlambatan pencairan dana. Jadi, nanti jangan boros ya kalau sudah menjadi penerima beasiswa. Ingat, itu uang dari negara.
Q : Apakah kakak punya seseorang yg diidolakan dalam hidup kk, siapa dan kenapa?
Diah :
Banyak! Eyang Habibie, saya sangat mengagumi dan menghormati bagaimana Beliau tetap rendah hati, tetap berjuang, tetap CINTA TANAH AIR. Ibu, Bapak, Keluarga, sudah jelas ya. Teman-teman di kampus yang dengan semangat mudanya mau memperjuangkan pertanian di Bali.
Nova :
Untuk sejauh ini idola saya Ibu saya. Karena beliau sangat tegar dan tangguh untuk dapat melepaskan saya untuk mengambil studi S2, terlebih lagi beliau _single parent_ juga. Hal ini juga yang membakar motivasi saya untuk dapat segera menyelesaikan studi saya tepat waktu, agar dapat kembali berkumpul bersama Ibu saya.
Q : Sepengetahuan saya LPDP itu biasanya identik dengan beasiswa luar negeri. Apakah perbedaannya dengan LPDP awardee?
Diah :
Saya ralat ya. LPDP itu ada beberapa jenis (akan saya sebutkan). Kalau awardee LPDP itu adalah seluruh penerima beasiswa LPDP yang akan dan sedang melanjutkan pendidikan S2/S3. Ada alumni LPDP juga, yakni para awardee yang telah lulus kuliah.
Jenis2 beasiswa LPDP:
BPI Reguler (Dalam dan Luar Negeri)
BPI Afirmasi (Dalam dan Luar Negeri)
Tesis Disertasi
Dokter Spesialis
Nova :
Kita klarifikasi dulu bahwa nama program beasiswanya adalah *Beasiswa Pendidikan Indonesia LPDP*, bukan LPDP Awardee. LPDP awardee adalah sebutan untuk para penerima beasiswa LPDP. Baik mahasiswa yang studi di luar negeri maupun dalam negeri. Program Beasiswa dari LPDP itu beragam. Menambahkan dari mbok Diah, sejak tahun 2018, Beasiswa Pendidikan LPDP mulai membuka beberapa jalur baru juga, diantaranya:
Beasiswa Reguler (akses: https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/beasiswa-reguler/ )
Beasiswa Afirmasi (akses: https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/beasiswa-afirmasi/ )
Beasiswa Afirmasi PNS/Anggota TNI/Anggota POLRI (akses: https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/beasiswa-afirmasi-pns-tni-dan-polri/ )
Beasiswa Dokter Spesialis (akses: https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/beasiswa-pendidikan-indonesia-dokter-spesialis/ )
Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia (BUDI) (akses: https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/budi/ )
Beasiswa Disertasi (akses: https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/beasiswa-disertasi/ )
Beasiswa Santri (akses https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/beasiswa-santri/ )
Beasiswa Indonesia Timur (akses: https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/beasiswa-indonesia-timur/ )
BPI Afirmasi Prestasi Olimpiade Bidang Sains, Teknologi, dan Keterampilan (akses: https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/beasiswa-afirmasi-prestasi-olimpiade-bidang-sains-teknologi-dan-keterampilan/ )
Sedangkan untuk pilihan tempat studi tujuan bisa di perguruan tinggi dalam negeri (DN) maupun luar negeri (LN).
Q : Kapan kita tau LPDP sedang membuka pendaftaran beasiswa DN (dalam negeri)? Apakah dijadwalkan setiap bulan dalam setahun atau mengajukan sendiri?
Diah :
Untuk seleksi LPDP sekarang diadakan setahun sekali, untuk jadwalnya harus di cek selalu web LPDP nya. Di jadwal tersebut sudah dicantumkan jelas tanggal-tanggal pendaftaran seleksi beasiswa LPDP.
Nova :
Untuk mengetahui pembukaan pendaftarannya, tetap aktif memantau website resmi LPDP di: https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/ . Untuk jadwalnya sendiri, sempat di tahun 2016 dan 2017 setahun sekali untuk DN nya. Namun, di 2018, kembali dijadwalkan 2x dalam setahun, sedangkan untuk bulannya, masih belum ada pengumuman resmi dari pihak LPDP. Sedangkan untuk 2019, dari info yang saya dapatkan rekan sesama awardee yang masih aktif menempuh studi di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), ada kemungkinan akan dibuka bulan April dan September. Jadi, tetap aktif memantau dan sembari mempersiapkan berkas-berkasnya mulai dari sekarang, ya.
Q : Beasiswa LPDP awardee DN berlaku untuk semua universitas negeri di Indonesia atau hanya beberapa universitas?
Diah :
LPDP akan memberikan list PT mana saja yang termasuk ke dalam PT tujuan.
Nova :
Beasiswa LPDP berlaku di beberapa perguruan tinggi negeri saja, tidak semuanya ya. Untuk skema pembagiannya, berdasarkan jalur program beasiswa yang diikuti, melalui jalur reguler (bisa di cek pada https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/beasiswa-reguler/ ) atau afirmasi (bisa di cek pada https://www.lpdp.kemenkeu.go.id/beasiswa-afirmasi/ ). Untuk daftar nama perguruan tinggi negeri di dalam negeri mana saja yang bekerja sama dengan LPDP bisa diakses di website resmi lpdp di: https://beasiswalpdp.kemenkeu.go.id/ . Bisa di download pada tautan yang ada disana. Jadi, nanti sebelum mendaftar, pastikan dulu perguruan tinggi tujuan dan program studi yang akan di tuju ada di daftar ya.
Q : Apakah sebelum diterima menjadi awardee LPDP, Kak Diah dan Kak Nova pernah coba apply beasiswa lain ?
Diah :
Saya belum pernah ikut seleksi beasiswa yg lain. Namun, dulu saya sempat mendaftar seleksi Bidikmisi S2 setelah lulus S1, tidak lama berselang pihak LPDP mengirimkan SMS ke saya untuk melakukan seleksi LPDP Afirmasi. Jadi dengan saya mendaftar Bidikmisi S2 itu, saya mendapatkan kesempatan dan informasi tentang LPDP. Waktu itu tahun 2014 jadi LPDP belum seramai sekarang.
Nova:
Beasiswa LPDP adalah beasiswa pertama saya, dan semoga jangan jadi yang terakhir. Sedangkan untuk pengalaman dalam apply beasiswa lain, belum pernah.
Q : Untuk mendapatkan beasiswa DN apa saja yang harus dipersiapkan?
Nova :
Yang pertama harus tahu dulu prasyarat beasiswanya apa saja, beda program beasiswa, beda persyaratan, seperti surat rekomendasi, surat keterangan kesehatan, dan lain-lain. Yang kedua, survey universitas dan program studi pilihanmu dan persiapkan alasan akademik dan motivasi positif kenapa ingin melanjutkan studi disana.Yang ketiga pelajari kiat-kiatnya, misalkan seperti tips menulis essay, tips wawancara, cara-cara menjawab soal.
Diah :
Yang harus dipersiapkan pertama adalah kelengkapan berkas sebagai syarat administrasi. Syarat administrasi kurang lebih seperti ini: surat keterangan sehat, surat rekomendasi, ijazah dan transkrip, tidak sedang on going kuliah, TOEFL/IELTS, rencana studi, Menulis Statement of Purpose paling banyak 1.000 kata yang menjelaskan rencana kontribusi yang telah, sedang dan akan dilakukan untuk masyarakat, lembaga, instansi, profesi, atau komunitas. Untuk lebih lengkapnya, bisa masuk ke laman web yang sudah di share kak Nova sesuai beasiswa yang dituju ya, dibaca dengan baik. Kedua, kalau sudah lolos administrasi akan ada seleksi berbasis komputer dan seleksi substansi. Nah untuk dua tahap seleksi ini, perlu latihan dan belajar, saya sarankan berdiskusi dengan awardee LPDP agar mendapatkan gambaran atas proses seleksi tersebut.
Q : Apa yang menjadi point paling penting agar lolos sbg penerima beasiswa LPDP DN?
Nova :
Kontribusi nyata yang telah kita lakukan serta keinginan untuk berinovasi agar dapat membuat Indonesia yang sudah baik menjadi lebih baik. Ini poin utamanya karena LPDP ingin mencari bibit-bibit generasi penerus yang berdedikasi dan ingin berkontribusi terhadap perkembangan Indonesia.
Diah :
Selalu update berita, persiapan yang matang, diskusi atau meminta pendapat dengan senior atau rekan yang dipercaya. Selagi tujuan teman-teman memang tulus untuk berkontribusi kepada negeri ini, maka saya yakin akan dilancarkan.
Q : Apakah dulu saat ingin mendaftar beasiswa join lembaga konsultasi atau daftar secara mandiri?
Nova :
Daftar secara mandiri, karena alur pendaftarannya sangat mudah. Melalui sistem daring (on-line), jadi bisa diakses kapanpun dan dimanapun.
Diah :
Saya dulu mendaftar Mandiri
Q : Jika yg kemampuannya dalam berbahasa Inggris tidak terlalu mumpuni, bagaimana peluang lolos beasiswa dalam negeri? Apakah jauh berbeda dengan beasiswa luar negeri?
Nova :
Nah, ini menarik banget pertanyaanya. Tapi, saya mau klarifikasi dulu sebenarnya yang “pas-pasan” itu seperti apa? Karena saya yakin, teman-teman semua pasti bisa berbahasa Inggris, cuma masih agak malu dan ragu untuk mencobanya dan menggunakannya. Jikalau teman-teman merasa memiliki kemampuan bahasa Inggris yang “pas-pasan”, jangan takut untuk mencoba. Jalur pendaftaran LPDP yang beragam membuat persyaratan kemampuan bahasa Inggrisnya pun beragam. Misal, jika mendaftar pada jalur reguler maka pendaftar harus memiliki dokumen resmi bukti penguasaan bahasa Inggris yang masih berlaku dan diterbitkan oleh ETS (www.ets.org) atau IELTS (www.ielts.org) dengan skor sekurang-kurangnya TOEFL ITP® 500; TOEFL iBT® 61; IELTS™ 6,0; TOEIC® 650; TOAFL 500. Sedangkan pada program afirmasi pendaftar memiliki skor minimal kemampuan bahasa Inggris TOEFL ITP® 400, TOEFL iBT 33, IELTS 4,5, TOEIC® 400, atau TOAFL 450. Sehingga, peluang lulusnya juga bervariatif tergantung pada jalur mana teman-teman mendaftar. Jadi jangan ragu dan pesimis dulu ya untuk mencoba.
Diah :
Perlu latihan yang serius agar skor TOEFL/IELTS/dkk tercapai. Saya bersyukur saat kuliah saya bisa kerja part time mengajar Bahasa Inggris untuk anak-anak SD, jadi selama 4 tahun Bahasa Inggris dasar saya terasah. Ditambah dengan setahun sebelum lulus, saya ikut persiapan TOEFL dan mencoba tesnya. Jadi, benar kata Kak Nova dipastikan dulu akan ikut jalur mana dan dicek syarat skor nya berapa dan itu yang dijadikan target.
Q : Berapa lama jarak saat kakak lulus S1 dan mulai melanjutkan studi S2? Apa saja aktivitasnya selama waktu senggang tersebut?
Nova :
Ketika saya mendaftar, saya termasuk yang masih fresh-graduate. Saya lulus S1 September 2015 dan langsung mendaftar LPDP di bulan yang sama untuk batch IV 2015, dan dinyatakan lulus LPDP bulan Desember 2015. Untuk studi S2 saya mulai bulan Juli 2016, sehingga ada rentang sekitar 9 bulan. Selama rentang waktu tersebut, saya melamar pekerjaan dan bekerja sebagai seorang guru. Uniknya, saya sudah bekerja sebelum tamat kuliah S1. Saya menjadi penyiar di salah satu stasiun radio di Singarja dan surat rekomendasi saya bukan berasal dari dosen atau petinggi masyarakat, melainkan berasal dari stasiun radio tempat saya bekerja
Diah :
Jarak S1 ke S2 itu 6 bulan. Waktu itu saya ikut seleksi LPDP Afirmasi DN dan kami masih bisa mendaftar LPDP dan lanjut kuliah di tahun yang sama. Sambil ikut seleksi, saya kerja part time di sela waktu tersebut.
Q : Apa program studi kakak saat S1? Apakah berkaitan dengan pendidikan kakak saat ini? Dan kenapa memilih S2 di Universitas tempat kakak berkuliah saat ini?
Nova :
Saya pada saat S1 mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Pendidikan Ganesha. Sejalan dengan S1, saya meneruskan studi saya pada jurusan pendidikan Bahasa Inggris, untuk linieritas. Alasan utama mengapa saya memilih UPI karena pada daftar perguruan tinggi negeri di tahun 2015 jalur reguler hanya Pendidikan Bahasa Inggris (S2) UPI saja yang ditawarkan. Pada saat itu, prasyarat perguruan tinggi negeri tujuan harus terakreditasi A dan program studi tujuan juga harus terakreditasi A, dan hanya Pendidikan Bahasa Inggris (S2) UPI lah satu-satunya yang memenuhi syarat tersebut. Terkait program studi di bidang pendidikan, ada banyak pilihan yang ditawarkan oleh LPDP, bisa di cek di: https://beasiswalpdp.kemenkeu.go.id/ . Jadi, ada baiknya melakukan survey dulu, melihat daftar perguruan tinggi serta program studi yang ditawarkan, karena pemilihan universitas tujuan dan program studi tujuan menjadi salah satu prasyarat dalam mendaftar beasiswa LPDP yaitu menulis rencana studi sesuai program studi magister (S2) pada perguruan tinggi tujuan.
Diah :
Dulu saya S1 jurusan Agribisnis Konsentrasi Pengembangan Masyarakat. Jurusan tersebut berkaitan dengan pendidikan S2 saya. S2 saya mengambil Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Saya pilih IPB karena memang IPB salah satu kampus pertanian terbaik, dan setelah berdiskusi dengan dosen saya saat S1, beliau memang menyarankan IPB untuk mengambil jurusan yang saya ambil, karena dosen-dosen di IPB banyak yang menjadi pioneer dalam ilmu komunikasi pembangunan pertanian. Jadi, alangkah beruntungnya saya bisa bertemu dengan beliau-beliau secara langsung.
Q : Apa bisa bagi tips cara membuat Rencana Studi yg baik
Nova :
Untuk rencan studi yang baik, ada baiknya survey dulu mata perkuliahan yang d tawarkan, apakah mata kuliah itu wajib, pilihan, atau prasyarat. Nanti, dibagian isi rencana studi pun, bisa diisi “fungsi” dari mengikuti mata kuliah tersebut, misal saya Pendidikan Bahasa Inggris, ada mata kuliah pilihan namanya “Teaching English for Young Learner”, nah pada rencana studi saya sebut mata kuliah terebut sebagai pilihan dan alasan kenapa memilihnya. Dan, jangan lupa, sebut juga rencana topik tesis nya ya, ini menjadi tanda bahwa kita matang dalam persiapan untuk menempuh studi
Diah :
Terkait Rencana Studi, dibuat semakin detail dan berkaitan dengan rencana penelitian akan semakin bagus. Jadi kelihatan kalau kita memang serius mau kuliah dan belajar di sana.
Kalau saya berkonsultasi dulu dengan dosen S1 terkait permasalahan di Bali yang berkaitan dengan jurusan yang ingin dituju dan memang diperlukan untuk dilakukan penelitian di Bali. Dari hal itu saya memilih mata kuliah yang diperlukan dalam penelitian rencana tersebut. Jadi, dosen di Bali saya minta bantuan beliau untuk membahas permasalahan di Bali dan dosen di IPB saya minta bantuan beliau dalam hal teori-teori yang dapat digunakan terkait permasalahan di Bali tersebut.
Q : Apakah kakak punya komitmen yang sama dari awal sampai akhir atau ada perubahan ditengah jalan (perubahan jurusan/kondisi lainnya)?
Nova :
To be honest, hampir sempat goyah dan ingin melepas saja. Kenapa? Saya orang yang tak punya prestasi yang wah, seperti ikut lomba nasional, atau menjabat sebagai orang berpengaruh di kampus. Sembari mengurus wisuda dan kelulusan, saya bolak balik Singaraja – Karangasem selama 2 jam perjalanan untuk mengurus surat-surat seperti SKCK, keterangan sehat dari RS pemerintah, jadi sempat berfikir akan buang waktu dan energi juga. Jadwal seleksi substantif saya bersamaan dengan jadwal wisuda. Siapa yang tidak mau foto wisuda? Hayooooo? Kalau wisuda, sudah pasti, kalau wawancara? Saya sempat bingung dan benar benar ingin melepas LPDP saat itu. Tapi, syukurnya, saya punya orang orang terdekat yang selalu mengingatkan dan mengajarkan saya bahwa kesempatan emas itu belum tentu datang 2x dan belajar untuk mengambil keputusan yang bagi saya itu sangat berat. Mungkin, tedengar agak lucu ya, nolak LPDP demi wisuda, tapi , jujur, saya cukup terpukul selama 3 hari untuk menentukan akan berangkat ke Yogyakarta untuk wawancara atau wisuda dan bahagia berfoto bersama.
Q : Apakah kakak memiliki mentor dalam persiapan beasiswa? Bagaimana menurut kakak tentang pentingnya peran seorang mentor? Siapa yang bisa kita approach untuk menjadi mentor kita?
Diah :
Mentor untuk mendapatkan beasiswa tidak ada karena seperti yang saya ceritakan tadi saat saya ikut seleksi, LPDP masih belum booming. Jadi ikut seleksinya benar-benar lempeng dan dilalui saja semua prosesnya . Tapi kalau terkait rencana studi, saya memang serius mendiskusikannya dengan dosen saya saat S1 dulu. Terkait pentingnya mentor, menurut saya sangat perlu untuk saat ini, karena persaingan semakin ketat. Perlu untuk memberikan dukungan juga. Tapi tetap usaha kita yang utama. Terkait mentor siapa, bisa di share mau kuliah dimana dan jurusan apa, mungkin kami punya teman awardee dari jurusan yang sama
Nova :
Kebetulan saya memiliki teman yang sangat baik dan membantu saya dalam mempersiapkan berkas-berkas beasiswa, karena dia juga salah satu Awardee LPDP dan sama sama menjadi pendaftar LPDP di kala itu. Jadi kami sama-sama mendaftar, sama-sama mencari informasi, dan sama sama mempersiapkan berkas. Seorang mentor, bagi saya, cukup penting, terlebih dalam membantu mengingatkan kita akan apa yang sebaiknya dilakukan sekarang. Tapi, kembali ke diri sendiri, jika kita mau, pasti kita juga secara mandiri akan mencari informasi, dan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkannya
Q : Apakah ada beasiswa untuk berkuliah S1 yang disediakan oleh pemerintah ?
Nova :
Untuk beasiswa S1 Pemerintah, sepengetahuan saya ada Bidikmisi dan Beasiswa Unggulan.
Diah :
Iya ada beasiswa Bidikmisi, beasiswa untuk siswa miskin berprestasi, sudah diadakan sejak tahun 2010. Saat ini teman-teman SMA kelas XII bisa mendaftarkan Bidikmisi berbarengan dengan mendaftarkan perguruan tinggi S1. Sekolah masing2 sudah bekerjasama dengan Dikti untuk membantu proses pendaftaran Bidikmisi tersebut. Ada banyak sekolah kedinasan juga, yang biaya pendidikannya dibiayai pemerintah.