Q : Seperti apa kegiatan yang kakak ikuti saat melaksanakan program di negara tujuan?

Sherly Tjandra :

Sedikit mengenai YSEALI adalah program yang diinisiasi oleh pemerintah Amerika Serikat untuk meningkatkan jiwa kepemimpinan dan menjalin kerjasama dengan pemuda/i di negara – negara Asia Tenggara, serta untuk mengembangakn komunitas ASEAN. Nah, pasti teman-teman pernah mendengar jargon U.S. Mission to ASEAN kan, nah YSEALI merupakan salah satu aksi nyata komitmen pemerintah US untuk mengembangkan ASEAN. Nah program yang saya ikuti kemarin adalah US exchanges – Academic Fellowship Program untuk civic engagement. Pada sharing kali ini saya akan menjelaskan lebih banyak di Academic Fellowship Program dan mengenai civic engagement itu sendiri yah. Kalau ada teman – teman yang mau tau lebih lanjut untuk Professional Fellowship, Regional Workshop dan YSEALI seeds, bisa langsung di check di halaman web YSEALI atau juga boleh membuat pembahasan terpisah nantinya yah. Jadi di program Academic Fellowship, kita akan berada di Amerika selama 5 minggu bersama dengan teman – teman dari negara Asia Tenggara lainnya dan melakukan kegiatan serta pembelajaran yang akan mendukung program atau inisiatif yang dilakukan di negaranya sendiri. Partisipan yang terpilih akan ditempatkan di universitas yang berbeda-beda, dan mengikuti kegiatan yang berbeda-beda pula. Tetapi jangan takut, karena dimanapun teman-teman nanti ditempatkan, kegiatannya tidak kalah seru dan akan menjadi one of the unforgettable moments in your life.

Gede Heprin :

Program SSEAYP berlangsung selama 52 hari dari start di Tokyo sampai kembali ke negara masing-masing. Ada kegiatan selama di Kapal Ms. Nippon Maru dan ada kegiatan di darat di negara tempat berlabuh. Contoh kegiatan di darat misalnya ada courtessy call atau kunjungan ke instansi pemerintah, NGO, universitas. Homestay program di Tokyo dimana saya waktu itu ditempatkan di Nagano Perfecture kemudian ke Ho Chi Min City, Bangkok, Singapura dan Jakarta. Homestay ini berlangsung 4 hari di darat. Selama sisa hari lainnya kami habiskan di kapal pesiar Nippon Maru kegiatannya ada Club Activity yang merupakan  training budaya, Solidarity Group, Voluntary Activity, National Presentation dan Disscusion Group

Gung Cik :

Nah jadi dalam kegiatan IKYEP yang kakak ikuti saat itu, terbagi menjadi 2 fase, Fase Korea dan Fase Indonesia dan berlangsung selama kurang lebih 1 bulan . . Dalam fase Korea, kami melaksanakan courtessy call (kunjungan ke Kedutaan Besar Indonesia di Korea Selatan, maupun sebaliknya), cultural performance, Youth Activity, Diskusi tentang kepemudaan dengan kementrian terkait di negara tersebut, kunjungan ke obyek-obyek wisata dan bersejarah di negara tujuan, dan yang paling seru, adalah homestay program! dalam program homestay kami tinggal dalam sebuah keluarga dan belajar hidup selayaknya orang Korea. Dalam fase Indonesia, sebaliknya kami juga bertugas mendampingi delegasi pemuda dari Korea Selatan saat kunjungan di Indonesia, cultural performances, hingga saat homestay.

Q : Menurut kakak, apa hal yang paling menarik selama kakak mengikuti program pertukaran pemuda? (Hal yang bisa kakak petik hikmahnya dan bisa diimplementasikan di Indonesia) ?

Sherly Tjandra :

Jika ditanyakan untuk hal – hal yang paling menarik selama program tentunya adalah pengalaman, pembelajaran dan pertemanan yang didapatkan. Sebagai salah satu contoh, kami dapat bertemu dengan pemimpin dan kelompok Navajo (Native American) dan melakukan diskusi, bagaimana kelompok ini beradaptasi dan menyesuaikan diri tanpa kehilangan identitas mereka. One thing to note, not everybody will get this privilege to converse with the indigenous people and learn about their existence.

Gede Heprin :

Wah ini banyak si terrmasuk masalah yang dihadapi dengan negara ASEAN lainnya juga hampir mirip. Core value yang saya dapat dari pengalaman ini ada beberapa sbb:

  1. Waste Management, keluarga angkat saya di  Nagano mengajari saya bagaimana setiap rumah tangga disana memilah sampah mereka menjadi 7 jenis kantong berbeda. Misal botol air mineral, itu tutupnya tempatnya beda dengan stiker merknya. Itu luar biasa kalau bisa diterapkan di Indonesia
  2. Public transport, di Tokyo orang akan lebih memilih naik transport umum dibanding beli mobil sendiri karena jauh lebih merogoh kocek. Singapura juga punya tranpsortasi umum yang keren dan ini bisa jadi acuan untuk trasnportasi massa apalgi di Bali
  3. Attitude orang Jepang yang sangat sopan dan santun, mereka banyak sekali memuji dan tahu bagaimana menghormati orang yang baru mereka kenal, orang yang lebih tua dan sangat open minded. Pernah seketika ada menu yang tanpa tulisan halal, admin kapal secara serentak minta maaf ke semua delegasi yang ada Participating Youth muslim. Ini sangat gentle menurut saya. Hanya saja yang saya kaget adalah mereka tidak pernah diajari atau diberi tahu di buku sejarahnya tentang masa kelam Jepang dan Indonesia sebelum merdeka dan itu sangat menarik dibahas..

Gung Cik :

Hal yang menarik pastinya pengalamannya ya.. selama program, kakak hampir tidak pernah merasa ada hal yang tidak menarik. Seluruh pengalaman, acara yang kita ikuti, tempat yang kita kunjungi, semuanya adalah hal yang baru dan menarik. Kuncinya adalah kita ‘menjalani program sepenuh hati’, maka hal sekecil apapun dapat menjadi sesuatu yang bermakna bagi kita. Kalau melihat dari negara yang kita kunjungi, pelajaran yang bisa kk ambil dari Korea Selatan adalah masyarakatnya menerapkan prinsip hidup “pali-pali” yang artinya “cepat-cepat”. Jadi semua dilakukan dengan cepat tanpa menunda-nunda. Bukti dari prinsip hidup Ini terlihat dari kemajuan negara mereka yang sangat pesat, padahal tanggal kemerdekaan negara  mereka hanya beda 1 hari dari kemerdekaan Indonesia, ada yang tahu tanggal berapa? Selain itu prinsip pali-pali itu juga bermanfaat banget ketika diterapkan di kehidupan kita sehari2.

Q : Saya sudah beberapa kali mencoba ikut seleksi YSEALI, dan selalu gagal di tahap interview, apakah ada masukan dari kakak bagaimana menghadapi tahap interview sehingga dapat lolos ditahap tersebut?

Sherly Tjandra :

Ketika mendaftar, kebetulan saya memang sedang menjalankan Medan tanpa Kotak yang berupa gerakan sosial untuk mengajak masyarakat agar saling mengahargai perbedaan etnis dan suku yang ada di Kota Medan serta hidup dalam keharmonisan di tengah-tengah komunitas yang beragam. Nah, ketika dikabarin bahwa saya lulus screening dokumen, saya diberikan jadwal interview. Di interview tersebut, banyak ditanyakan dan diberikan challenge untuk Medan Tanpa Kotak. Menurut saya (and confirmed by the interviewer) saya memberikan gambaran yang jelas untuk visi dan misi Medan Tanpa Kotak, dan bagaimana planning ke depannya untuk gerakan social ini. So If I could close the explanations I have given above, I would like to let you know that YSEALI is an excellent program to shape you to become the change agent in your community. Don’t take it for granted. If you want to make change and create impact, do with good intentions and let those reflected through your actions.

Q : Menurut kakak apa sih hal yang paling susah selama persiapan sampai program pertukaran pemuda dimulai?

Gede Heprin :

Khusus kasus saya yang susah adalah mendapat ijin pergi karena status sudah PNS dan harus meninggalkan pekerjaan dalam waktu lama perlu soft diplomacy untuk menyelesaikannya dan itu pelajaran berharga. Kalau dari programnya perlengkapannya sangat detail dan perlu teliti hal hal kecil harus diperhatikan dan jangan terlewatkan

Gung Cik :

Saya terpilih di bulan April th. 2016 dan berangkat program pada bulan Oktober 2016. Lumayan panjang waktu persiapannya, karena  yang dipersiapkan juga lumayan banyak. Sebenarnya tidak ada yang terlalu sulit untuk dijalani sejak persiapan hingga program. Kami dibantu oleh para alumni baik dari organisasi di Bali , Purna Caraka Muda Indonesia (PCMI) Bali maupun dari alumni program IKYEP. Tantangannya saat persiapan adalah di manajemen waktu , karena kita dihadapkan pada begitu banyak persiapan, di sela-sela aktivitas sehari-hari, tapi tentunya para delegasi yang terpilih adalah yang sudah dianggap mampu menghadapi tantangan ini. Sedangkan saat program, yang menjadi tantangan adalah manajemen diri. Kita dituntut untuk adaptif, kooperatif, dan responsif terhadap segala kondisi dan situasi yang akan kita hadapi di negara tujuan. Bisa bayangin kan, kita tidak pernah dateng ke negara itu, dan entah apa dan bagaimana model permasalahan yang akan kita hadapi. Mulai dari cuaca, suhu dingin, sampai tata krama dan sopan santun yang sangat berbeda dari di Indonesia.

Q : Apakah peserta yang terpilih mengikuti program dari PCMI harus pandai menanpilkan kesenian tradisional khas daerah masing-masing?

Gede Heprin :

Tidak harus profesional tapi tahu dan minimal bisa karena menjadi satu satunya wakil dari Bali. Ini bobotnya besar tapi bukan mutlak, kata lainnya begitu. Misal kontingen butuh menampilkan Janger untuk National Presentation maka sebagai orang Bali jelas akan menjadi referensi bagi teman lain di kontingen

Gung Cik :

Pada dasarnya, peserta yang terpilih adalah mereka yang benar-benar dapat mewakili daerahnya dan negaranya. Jadi memang minimal delegasi harus memahami kesenian daerah asalnya karena hal itulah yang akan ditampilkan saat cultural performance di negara tujuan. Saya pribadi saat terpilih sbnarnya tidak benar-benar bisa menarikan suatu tarian Bali ya. tapi seiring persiapan, saya berlatih 1 tarian Bali dan bebrapa tarian daerah lain untuk ditampilkan. Dan memang tiap delegasi mempelajari 3 – 4 tarian dari daerah lain di Indonesia. Semua delegasi dianggap sama, semuanya belajar dari awal. Jadi tenang saja, selama hal tersebut bisa dipersiapkan, maka tidak akan menjadi syarat yang bersifat mutlak.

Q : Ada alasan khusus kah mengapa kakak memilih mengikuti program SSYEAP di antara banyaknya program pertukaran pemuda lainnya?

Gede Heprin :

  1. Karena programnya sudah lama dari sejak 1978 jadi sistemnya sudah sangat jelas dan alumninya ada di 11 negara ASEAN Jepang itu sangat menjanjikan untuk investasi masa depan. Ada puluhan ribu alumninya di 11 negara dan di Indonesia dari Sabang sampai Merauke terhimpun dalam asosiasi SSEAYP International Indonesia.
  2. SSEAYP sekali ikut bisa ketemu rekan dari 11 negara dan punya keluarga angkat di 5 negara Jepang ASEAN, maka sangat bonafit sekali untuk diikuti
  3. Faktor umur, karena waktu itu saya pas sudah 25 Program ini yang membuka peluang sampai maksimal 28 tahun

Gung Cik :

Soal alasan khusus memilih IKYEP, sebenarnya saat dibuka pada tahun 2016, program pertukaran pemuda yang tersedia untuk delegasi perempuan adalah ICHYEP (Indonesia – China Youth Exchange Program) dan IKYEP (Indonesia – Korea Youth Exchange Program). Saya lebih cenderung memilih IKYEP krna sangat tertarik pada fenomena Korean Wave nya yang begitu kuat mempengaruhi para anak muda dari berbagai negara.

Sherly Tjandra :

Karena ketika membaca tentang program YSEALI, terdapat program khusus civic engagement yang memang sesuai dengan project ataupun initiative yang sedang saya jalankan. Selain program Medan Tanpa Kotak, saya juga seorang edukator/trainer, sehingga melalui program ini saya percaya bahwa saya dapat memberikan interaksi/engagement yang lebih baik lagi kepada pelajar dan trainess saya. FYI, saya juga awalnya ada rencana untuk mengambil social engagement studies, dan bersyukur sekali ketika saya diterima di YSEALI civic engagement.

Q: Menurut kakak, apakah hal yang paling menonjol dari diri kakak yang menjadikan kakak bisa mendapatkan kesempatan mengikuti program pertukaran pemuda ke negara yang kakak tuju?

Gede Heprin :

Saya merasa tidak ada yang menonjol, malah saya merasa baru di era kompetisi yang ketat seperti ini melihat saingan lainnya yang lebih ganteng ada juara Bagus kampus, yang lebih pinter ada yang IPK nya 4, yang lebih komunikatif ada MC profesional dan lebih ngehits. Program ini mencari kandidat paket komplit yang mau belajar dari pelaksanaan program dan saya hanya beruntung karena mungkin masih banyak yang dilihat masih perlu dieksplor makanya diberi kesempatan belajar ikut program ini.

Gung Cik :

Saya rasa saya tidak terlalu memiliki keunggulan yang mencolok dibandingkan peserta lain pada saat itu. Yang saya rasakan selama pemilihan adalah saya menjadi diri sendiri saja. menjawab pertanyaan apa adanya, secara nalar, logika, dan pemahaman yang saya miliki berdasarkan pengalaman-pengalaman yang pernah saya alami. Tapi, bisa dikatakan  pengalaman kegiatan organisasi yang pernah saya ikuti berperan besar dalam menjadi penilaian para juri pada saat itu. Dalam CV saya mencantumkan segala kegiatan organisasi yang pernah saya ikuti, mulai dari OSIS SMA, menjadi Ketua Osis di SMAN 4 Denpasar, Ketua Forum Komunikasi Osis (Forkom) Kota Denpasar, Paguyuban Duta Bahasa, hingga Ketua BEM FEB Udayana. Dan kenyataannya memang pengalaman-pengalaman dari berorganisasi tersebut sangat membantu saya dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan serta kasus-kasus yang dimunculkan pada saat pemilihan.

Sherly Tjandra :

Kemudian, jika ditanya apa yang paling menonjol dari diri saya sehingga mendapatkan kesempatan untuk program pertukaran tersebut mungkin adalah dedikasi dan komitmen saya dalam menjalan project saya. Serta panitia YSEALI ingin melihat bahwasanya mereka memilih pemuda/i yang akan menjadi change agent di areanya.

Q: Apa saja kemampuan yang harus kita asah untuk mempersiapkan diri kita dalam mengikuti program pertukaran pemuda?

Gede Heprin :

  1. Bahasa Inggris, wajib hukumnya karena syarat awal kita diminta toefl min 500
  2. Pengabdian masyarakat, kompetensi untuk bermanfaat bagi masyarakat luas seperti apa. Komitmennya setelah program akan seperti apa, itu akan sangat dipertimbangkan
  3. Dinamis, artinya mau terus belajar ibaratnya diatas langit masih ada langit dan kesempatan belajar itu bisa darimana saja dan kapan saja. HUNGRY to learn, katanya.
  4. BE YOURSELF, tidak harus menjadi gelas penuh ya katanya

Q: Apakah sebelumnya kakak sudah pernah mencoba mengikuti seleksi program pertukaran pemuda lainnya?

Gung Cik :

Kalau ditanya soal pengalaman memgikuti seleksi pertukaran pemuda sebelumnya, IKYEP adalah seleksi pertukaran pemuda pertama yang pernah saya ikuti, dan saya harus bersyukur karena langsung terpilih pada saat itu. Tapipengalaman-pengalaman dalam mengikuti pemilihan pegeant, atau kompetisi ilmiah, maupun organisasi, apapun itu, asal sifatnya merupakan seleksi yang melibatkan kualitas karakter, pasti akan berperan membantu kita untuk lolos dalam pemilihan pertukaran pemuda ini.

Q: Sering kita mendengar adanya program pertukaran pemuda namun untuk pembiayaan masih self-funded, menurut kakak, jika kita masih terhalang masalah dana, apa yang bisa kita lakukan untuk mengcover biaya tersebut?

Sherly Tjandra :

sebenarnya kita bisa mencari sponsor untuk membiayai kegiatan/program yang akan kita lakukan. Kita dapat mengajukan proposal ke Universitas/Sekolah ataupun bahkan perusahaan-perusahaan. Tapi tentunya akan ada komitment / feedback yang harus diberikan setelah pihak tersebut memberikan sponsor kepada kita.

 Q:  Apakah komitmen utama kakak mengikuti program YSEALI?

Sherly Tjandra:

Komitmen yang perlu saya berikan sebelum YSEALI pastinya bekerja sama dengan baik dengan US Consulate dan US Embassy untuk mempersiapkan seluruh dokumen perjalanan. Saya juga harus dapat mengikuti seluruh kegiatan yang telah direncanakan secara penuh. Dan komitmen sesudahnya tentu saja saya akan menjadi promotor melalui sharing dengan teman – teman dan masyarakat akan culture dari Amerika dan tentunya mengaplikasikan apa yang telah saya dapatkan dari program ini.

Gede Heprin :

Komitmennya menambah network dan melakukan mutual understanding tentang Bali khususnya dan Indonesia. Goals utamanya dari SSEAYP ini nurturing future leader of JAPAN & ASEAN Countries dari bidang apapun. Ini adalah milestone, sebenarnya komitmennya baru akan dirasaka  setelah program akan seperti apa kita mengoptimalkan keluarga besar kita di SSEAYP atau SSEAYP Family

Gung Cik :

Komitmennya saat itu lebih ke niatan untuk doing something buat negara . Ya kedengerannya mungkin muluk-muluk tapi memang ada saat-saat yang kita sebut “moment of life” nya kita ya. dan itulah, tiba-tiba kepikiran aja, kenapa belum pernah kontribusi sesuatu. Jadi delegasi yang baik dan bertanggung jawab, terus pulang membawa impact yang baik lah buat sekitar kita.

Q: Tantangan apa yang kakak rasakan selama mengikuti program tersebut?

Sherly Tjandra:

  1. Izin dari orang tua. Karena waktu daftarnya orang tua belum tau dan tiba – tiba lulus sehingga saya harus meyakinkan orang tua saya bahwa ini program yang legit (tidak bohong-bohongan)
  2. Izin dari kampus (saya sedang kuliah tahun terkahir ketika ikut program ini) jadi tentu saja kalua tidak hadir selama 5 minggu, otomatis saya harus mengulan 1 semester. Tetapi setelah berdiskusi dengan dosen dan endorsement letter dari Arizona State University, akhirnya saya mendapatkan izin untuk tidak hadir selama 5 minggu.
  3. Kalau tantangan ketika berada di sana mostly hampir tidak ada. Karena untuk Bahasa saya tidak ada masalah, untuk makanan juga tidak ada masalah, FYI, I can survive without rice (dan lucunya di goodie bag yang dibagikan sama panitia ada berasnya, dan di hotel disediain rice cooker). Panitianya bener – bener well prepared.

Paling hanya tantangan di cuaca, karena waktu pergi itu Spring, dan di Arizona it was okay. Tapi ketika move ke San Fransisco dinginn banget, terus waktu ke Washington DC too humid. Jadi tantangan hanya di cuaca.

Gede Heprin :

  1. Restu orang tua karena program ini lama dan beresiko dengan pekerjaan saya jadi perlu saya jelaskan dengan baik plus minusnya apa
  2. IJIN dari kantor yang lumayan, karena saya sudah PNS dan instansi pusat jadi pemberkasan saya harus step by step dari kantor kabupaten, kantor provinsi dan kantor pusat di Jakarta. SK Menpora pun wajib saya dapatkan untuk itu

Gung Cik :

Saat pemilihan saya sudah bekerja di salah satu hotel di wilayah Sanur, dan sedang menempuh studi S2. Jadi kendala di urus ijin cutinya. Hampir saya memutuskan untuk resign saja dr pekerjaan saat itu, karena kesempatan ini terbatas sekali. Tapi syukurlah berkat negosiasi dan diskusi dengan atasan dan pihak kampus, semua kendala dapat diatasi

Q: Apa saja persiapan dan langkah-langkah untuk bisa mengikuti program tersebut?

Sherly Tjandra :

  1. Subscribe ke email YSEALI (bukan promosi, tapi serius harus terdaftar dulu as subscriber baru bisa daftar) dan terus kamu tidak akan ketinggalan their most updated news.
  2. Isi form nya (form online) dengan baik dan benar. Persiapin essay kamu, karena kamu akan ditanya kamu mau course apa (civic engagement, socie-preneurship atau environment) dan persiapkan project/initiative kamu dengan baik. These past years banyak yang feedback ke aku bahwasanya mereka diminta short videos untuk menampilkan project mereka .
  3. Then tunggu panggilan interview and ace your interview

Gede Heprin :

Persiapan khusus tidak ada, kesempatan ini datang akibat pengalaman pengalaman sebelumnya yang menyiapkan. Sebelum ini saya ikut beberapa organisasi dan conference nasional maupun diluar jadi mungkin terbentuk secara alami kecakapan sama karakter yang dicari untuk program

Gung Cik :

Tidak ada persiapan yang terlalu khusus. Secara umum, kita hanya perlu menyiapkan “versi terbaik dari diri kita”. Sisanya saya hanya membaca-baca wawasan umum, dan latihan-latihan sedikit tari dan kesenian Bali

Q: Selama mengikuti program dan sedang berinteraksi dengan orang asli di negeri tujuan, pernah tidak dapat pertanyaan soal hal negatif tentang Indonesia? Atau pertanyaan lain tentang Indonesia yang bikin suasana jadi awkward, kalau pernah, reaksi kakak saat itu bagaimana?

Gung Cik :

Teman-teman pasti kaget, kalau sebenarnya, selama program, pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya kritis, tajam, seperti silet, biasanya justru datang dari teman-teman sesama delegasi dari provinsi lain. Rasanya lucu banget pas sadar ternyata , kita, para pemuda Indonesia masih minim banget pemahaman soal suku, ras, dan agam lainnya. Pertanyaan yang paling sering ditujukan ke delegasi Bali misalnya “Kenapa ada upacara ngaben?” Atau “bener tidak ada kasta? Diskriminasi dong?” Semacam itu lah. Kita harus bijak-bijak menjawabnya, diplomatis, tapi cukup menjelaskan. Kalau dari teman-teman di negara tujuan, biasanya mereka tertarik pada agama kita, ada berapa agama, kenapa saya , misalnya, memilih agama Hindu, dll.

Gede Heprin :

Pertanyaan seperti itu to be honest bentuknya  lebih ke sharing satu sama lain sifatnya lebih ke personal personal dan teman-teman pun mungkin mikir-mikir nanya hal yang sensitive. Pertanyaan yang saya dapet dari cabin mate saya yang dari Singapura dan Vietnam apakah kamu boleh minum BIR? Kenapa Hindu di Indonesia beda dengan Hindu di India, kebetulan ada peserta Hindu dari Malaysia namanya Singh. Tuhan itu apa? Pertanyaan ini dari seorang teman yang Free thinker. Purely pertanyaan-pertanyaan seperti ini bentuknya ke sharing dan mereka pun tidak judging. Itulah tujuan yang ingin dicapai dari program ini untuk melakukan mutual understanding. Kadang ada juga kesamaan yang ada di beberapa negara ASEAN yang notabene rumpunya sama. Jawabannya ya sharing atas apa dan kondisi kita tidak kurang dan tidak lebih tapi tetap diplpmatis bukan malah memperkeruh situasinya ya.

Sherly Tjandra :

Kalau dari pengalaman kemarin sih tidak pernah ada comment negative tentang Indonesia. In fact banyak yang curious mengenai Indonesia dan bertanya bagaimana kami bisa ikutan program YSEALI, terkhusus mengenai programnya. Karena banyak penduduk setempat yang tidak mengetahui bahwa ada program pemerintah US dengan ASEAN. Tapi, kemarin kami sekelompok bergabung ke kelas Sustainability studies di Arizona State University, dan mereka memang sudah ditugaskan untuk melakukan studi nengenai negara – negara di ASEAN. Unfortunately what they read from the web ada hal – hal negatif yang dilebih lebihkan. So we have to clarified that it was not that terrible

Q: Apakah benar untuk orang Jawa kuotanya kebih sedikit dibandingkan luar Jawa? Bagaimana jika saya domisili Bali tapi lahir di Jawa?

Sherly Tjandra :

Setahu saya untuk kuota tidak per region ya. Tetapi per negara.. Biasanya Indonesia yang akan paling banyak karena penduduknya paling banyak diantara negara ASEAN. Saya pernah bertanya ke konsulat Medan, dan dikatakan bahwa semua formulir pendaftaran akan dilempar ke US Embassy Jakarta, di screen di sana, dan di lempar kembali ke masing-masing region