Q : Mengapa memilih melanjutkan pendidikan di universitas pilihan kakak ?

Puspa Dewi :

Mengapa memilih melanjutkan pendidikan di Queens’s University Belfast?

Karena dari list Russel Group Universities di UK QUB memiliki fasilitas yang lengkap untuk Professional Development diluar fasilitas dan program akademik MSc Educational Leadership. Fasilitas ini bernama The Graduate School (GS) dan GS memberi saya beasiswa tambahan 998 pounds untuk Sertifikasi CMI Level 7 Strategic Leadership & Management serta program Level 3 Business Development dari City Council.

Christina Wijaya :

Inggris itu memang terkenal dengan sophisticated universities nya. Banyak yang saya kagumi dari negeri Queen Elizabeth ini. Band favourite saya sejak kecil The Beatles berasal dari Liverpool, UK. Club bola favourite saya Manchester United. Novel favorit saya sejak SD hingga sekarang, Harry Potter, juga berasal dari Inggris. Jadi sejak kecil entah mengapa saya sudah mengagumi negara ini dan bermimpi akan kesana one day, dan bersyukur impian itu akhirnya menjadi kenyataan. Dan ada 2 alasan utama mengapa saya memilih Leeds dari berbagai university top dunia di Inggris:

  1. Major yang saya geluti TESOL and ICT hanya ditawarkan 2 universities di Inggris, dan the University of Leeds merupakan yang terbaik.
  2. Letak dan lifestyle di kota Leeds. Saya tipikal orang yang bukan a fan of big city, dan saya menimbang Leeds adalah kota yang sangat ideal untuk pelajar. Kota besar namun bukan megapolitan seperti London, dengan budaya yang multicultural, minim criminal cases dibandingkan kota besar lain, living cost sehari – hari juga affordable. Disamping itu Leeds berada lumayan di tengah – tengah England. Jadi cukup strategis untuk travelling ke selatan maupun ke utara

Q : Beasiswa apa yang kakak gunakan untuk melanjutkan studi kakak? Dan bagaimana cara mendapatkan beasiswa tersebut ?

Puspa Dewi :

Beasiswa Chevening dari Pemerintah Inggris. Informasi lengkap bisa dilihat di website dan juga berbagai vlog di YouTube yang membahas sangat banyak. Apabila ada concern yang spesifik kita bisa diskusikan. Secara singkat prosesnya meliputi pendaftaran online – pengumuman kandidat interview – interview – pengumuman lolos – orientasi – keberangkatan.

Christine Wijaya :

Saya disponsori oleh beasiswa Chevening yang didanai oleh FCO (Foreign and Commonwealth Office) dibawah naungan pemerintah UK langsung and sebagian dana dari pihak campus, mulai dari student fee dan living cost yang diberikan setiap bulan. Di batch saya 2017/2018 saat itu menurut committee ada sekitar 4000an pelamar dari seluruh Indonesia dan yang diterima sebanyak 66 orang. Menurut saya sebenarnya tidak ada special tips and tricks untuk lolos beasiswa ini. Yang paling penting kita bisa membranding diri kita agar sesuai tujuan dari beasiswa itu sendiri. Misalnya Chevening mencari future leaders, jadi buatlah essay yang mampu merefleksikan tujuan yang diinginkan Chevening dalam dirimu. Kemaslah pengalamanmu agar menarik tanpa mengumbar future plans yang terkesan muluk – muluk. Karena nanti saat interview pertanyaan akan seputar essay saja.

Q : Bisa ceritakan sedikit pengalaman kakak dalam belajar Bahasa Inggris?

Puspa Dewi :

Jujur satu-satunya masa serius saya belajar Bahasa Inggris adalah saat saya mengambil S1 Pendidikan Bahasa Inggris di Undiksha, yang mana sebenarnya hasil arahan orang tua. Namun, karir membawa saya bekerja di sekolah internasional dimana staff dan siswanya sangat majemuk sekitar 34 kewarganegaraan berbeda. Saya mulai terekspose dengan berbagai macam aksen bahasa inggris, style bahasa formal dan informal. Singkatnya saya dibentuk oleh lingkungan dan network.

Christina Wijaya :

Sebenarnya motivasi belajar bahasa Inggris bukan muncul sejak kecil, karena kurang percaya diri untuk berbicara dalam bahasa Inggris apalagi dengan bule. Padahal sering kali keluarga kami kedatangan teman Ayah dari luar negeri. Saya ingat kejadian dulu sewaktu saya SD, ada teman Ayah dari New Zealand yang bertanya: Do you speak English? Dan saya menjawab sangat lantang setengah berteriak, NO!

Lalu saya berlari karena malu..

Q : Apakah dulu saat di masa awal belajar Bahasa Inggris kakak sempat mengalami kesulitan?

Puspa Dewi :

Tentu. Kesulitan utama adalah minat saya yang kecil untuk belajar bahasa karena hasil arahan orang tua dan bukan kemauan sendiri. Tetapi saya sangat senang berorganisasi dan networking. Inilah pintu gerbang saya untuk mengembangkan kemampuan bahasa inggris. Jadi tidak ada kata terlambat. Temukan minat anda dimana dan kawinkan target pembelajaran anda dengan minat anda. Lingkari diri dengan ekosistem pendukung untuk belajr bahasa Inggris.

Christina Wijaya :

Sebenarnya saya paham, namun begitu takut untuk berbicara dalam bahasa Inggris  Semenjak kejadian itu saya mulai memperbaiki diri dan termotivasi untuk belajar bahasa Inggris agar tidak membuat diri sendiri maupun orang tua malu hahaha. Saya berusaha melawan rasa takut saya dan terus belajar dan berlatih.

Q : Apakah kakak memiliki cara/metode tersendiri dalam belajar Bahasa Inggris?

Puspa Dewi :

Karena saya praktikal, pertama, cemplungkan diri dan paksa diri berkomunikasi dengan native speakers. Kedua, cari kesempatan untuk mengasah kemampuan menulis bahasa inggris misal membuat komentar di vlog-vlog YouTube, bergabung di online forum dll. Ketiga, rapikan 4 skills bahasa dengan menyediakan waktu belajar bahasa Inggris. Bisa mandiri bisa les.

Christina Wijaya :

Mungkin kalian sudah banyak mendengar tips and trick dari berbagai sumber. Ada yang bilang hafalkan 5 new words per day lah. Buat diary dalam bahasa Inggris, dll. Sebenarnya tergantung context setiap orang, ada yang berhasil and efektif adapula yang tidak.

Q: Bisa dijelaskan sedikit mengenai program yang kakak ambil saat melanjutkan S2 di Inggris??

Christina Wijaya:

Program yang saya ambil adalah TESOL and ICT jadi blended major antara pengajaran bahasa Inggris, pendidikan modern, dan technology. Di semester 2 saya sempat mengambil module yang full online class. Kebetulan saat itu sedang winter dan sering turun salju lebat. Merasa beruntung tetap bisa datang kelas dengan pyjama dari kamar dengan heater on. Seperti sekarang yang kita lakukan saat ini juga salah satu bentuk pengaplikasian dari technology enhanced language learning. Mengadakan online seminar tanpa terbatas jarak dan waktu

Puspa Dewi :

Saya ambil MSc Educational Leadership. Progam ini salah satu cara saya memperdalam ilmu kekepalasekolahan, manajemen dan administrasi sekolah, kebijakan pendidikan dan transformasi pendidikan. Arah karir saya global education consultant untuk school improvement. Saya diijinkan mengambil beberapa modul diluar jurusan jadi saya juga mengambil Social Justice & Special Education Needs, Behavioural Change dan Digital Literacy. Pekerjaan saya saat ini erat kaitannya dengan sistem penjaminan mutu sekolah dan perampingan birokrasi sekolah agar beban administratif tidak mengganggu proses belajar mengajar.

Q: Apakah dalam test IELTS kita pakai satu aksen saja dari setiap negara?

Christina Wijaya :

Setahu saya Listening IELTS test menggunakan speakers dari berbagai tempat seperti UK, USA, dan Australia. Menurut pengalaman IELTS test yang pernah saya ambil, hampir semua menggunakan British accent.  Saya pernah mengambil test IELTS di Australia dan ternyata listening testnya tetap menggunakan British accent.

Namun dalam speaking test tidak harus menganut accent tertentu. Asalkan jelas pronunciationnya, wont be a problem.

Puspa Dewi :

Dalam listening mungkin bisa muncul British atau Australian, tetapi untuk speaking aksen bukanlah hal yang krusial tetapi kemampuan berkomunikasi.

Q: Bagaimana caranya supaya kita tetap konsisten dan tidak down dalam latihan mempersiapkan test IELTS jika kita memilih untuk latihan mandiri?

Christina Wijaya :

Jika internal factor belum berhasil mendorong motivasimu, berarti teman- teman memerlukan external motivation untuk mempertahankan konsistensi dalam belajar. Contoh:

Memenuhi IELTS untuk beasiswa atau mendapatkan LOA di uni luar negeri. Factors ini bukan lagi dalam level WANT tapi sudah dalam level NEED atau mungkin sudah memasuki tahap MUST. Dijamin kita akan sangat terpacu dalam belajar dan passing the test karena tidak memiliki pilihan lain. Disamping itu harga test IELTS kan lumayan mahal, ga mau dong jadi buang buang duit cuma gara- gara tidak pass salah satu skill saja.

Puspa Dewi :

Yang suka kompetisi, belajar bareng teman atau ikuti online forum. Yang suka sendiri cari tempat yang enak buat belajar yang menstimulasi mood. Teknisnya, buat tabel latihan dan lihat peningkatan skor misal setiap Sabtu. Lalu setiap hari minggu evaluasi kelemahan-kelemahannya. Senin-Jumat pendalaman materi persiapan untuk test lagi hari Sabtu. Kuncinya disiplin. Disiplin adalah program automatisasi tubuh untuk antisipasi moody.

Q: Bagaimana pandangan kakak terhadap kemampuan Bahasa Inggris anak muda di Bali saat ini?

Christina Wijaya :

Menurut pengamatan saya pribadi, anak muda Bali memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang cukup baik dan mampu berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris dengan baik. Bahkan sekarang sudah mulai common berbicara menggunakan code switching. Mungkin karena Bali yang merupakah daerah pariwisata dan pesatnya kemajuan teknologi yang membuat informasi tersedia anytime and anywhere. Di social mediapun sekarang sudah sangat lumrah menulis caption dalam bahasa Inggris. In conclusion, I think we are getting better in English, but always remember to preserve our native language as well.

 Q:  Bagaimana langkah awal yang dapat kita lukan jika kita ingin mulai belajar Bahasa Inggris?

Christina Wijaya :

Temukan motivasi dan tujuan kenapa ingin belajar Bahasa Inggris. Karena motivasi dan tujuan akan mengantarkan sejauh mana perjalanan teman – teman dalam belajar.

Jadi apa motivasi atau alasan teman-teman ingin belajar dan memperdalam bahasa Inggris ?

Q: Menurut kakak, apa arti penting Bahasa Inggris terhadap kehidupan kita?

Puspa Dewi:

Membuka akses informasi dan peluang-peluang global. Dari kemudahan memahami literatur buku-buku Bahasa Inggris yang terbaru (ini penting agar tetap update dengan perkembangan apa yang terjadi di negara lain) hingga kesempatan-kesempatan seperti pertukaran pelajar, hibah, kompetisi, proyek dan sebagainya. Syarat berbagai pekerjaan bagus pun mayoritas mengharuskan kemampuan berbahasa Inggris.

Q: Bagaimana cara mengatasi rasa takut saat ingin mulai berbicara Bahasa Inggris? Misalnya, takut salah tenses nya, takut lawan bicara tidak memahami kita, dll.?

Puspa Dewi :

Putar mindset kita dan tanyakan ke diri, apa yang anda pikirkan jika orang luar belajar bahasa Indonesia dan masih terbata-bata? Bahasa Inggris bukan bahasa ibu kita. Wajar jika dalam tahap awal kemampuan kita belum bagus. Yang penting terus berproses dan ciptakan ekosistem pendukung agar kesempatan menggunakan bahasa ini bisa kita lakukan sesering mungkin juga mentor/guru yang bisa mendukung kita meningkatkan kompetensi bahasa..

Q: Apakah yang dimaksud dengan 21st century teaching learning?

Christina Wijaya :

Pembelajaran berbasis metode pengajaran modern. Salah satunya mengintegrasikan technology ke berbagai mata pelajaran.

Q: Apakah kakak ada membuat suatu project tentang aplikasi pembelajaran berbasis bahasa Inggris? Kalau iya, apa namanya Dan apakah bisa dijangkau oleh semua siswa?

Christina Wijaya :

Kebetulan belum sampai ke tahap pembuatan aplikasi. Karena memerlukan skill programming yang handal dan dedikasi waktu pastinya. Setelah menyelesaikan studi saya sempat mengajar Computer Science dan saat itu project saya dan para siswa membuat berbagai macam games dan animasi. Didoakan ke depannya bisa sampai ke tahap itu ya.

Q: Apakah step-step bagi para pemula guru bahasa Inggris agar bisa mengikuti jejak kakak dalam berkarir di bidang pendidikan?

Puspa Dewi :

Always start from setting goal. Tujuan karirnya apa, lalu research kriteria untuk bisa diterima untuk pekerjaan tersebut. Kemudian breakdown timeline persiapan (menyiapkan surat lamaran, microteaching, wawancara dsb).

Q: Apakah kendala dan problem solving menurut kakak sebagai guru bahasa Inggris jika kita sudah mengajar sebaik mungkin tetapi hasil siswa tersebut masih kurang memuasakan?

Puspa Dewi :

Pahami bahwa setiap siswa punya potensi dan minat yang berbeda-beda. Jadi kalau kesukaannya bukan di bahasa Inggris tidak usah dipaksa. Kejar target minimal standar KKM dan sisanya coba dihubungkan dengan minat dia. Misal minatnya traveling bisa kasi penugasan personal untuk jalan-jalan dan nulis story tentang travelingnya. Atau yang suka games bisa suruh buat tutorial main games dalam bahasa Inggris. Jadi masuk dulu ke dunia dia baru sisipkan konten.

Q: Strategi pembelajaran apa yang kakak terapkan agar siswa senang belajar bahasa Inggris dan tidak jenuh menurut versi kakak?

Puspa Dewi :

Explore di senses. Bisa coba pembelajaran dengan audio, visual, moving, problem solving, games dan banyak lagi. Kadang otak kiri yang bekerja struktural akan diganggu oleh otak lanan yang bekerja kreatif kalau otak kanan tidak diberi “makan”. Jadi hal-hal menyenangkan + belajar bikin otak balance dan bekerja maksimal.

Q: Ada sarankah untuk pembelajaran tenses?

Puspa Dewi :

Kalau masuk ke struktur bahasa memang latihan kuncinya. Logikanya sama seperti matematika karena tidak bisa ditawar formulanya. Mungkin juga perlu pendamping maksudnya mentor yang bisa aktif bantu proofreading pas lagi buat draft korespondensi. Kumpulin sekian corat coret proofreadingnya dan temukan polanya paling banyak langganan salah dalam hal apa. Lalu balik latihan lagi dan baca-baca teorinya.

Christina Wijaya :

Tense memang harus dipahami secara benar , apalagi dalam konteks tulisan formal. Atau mungkin bisa pakai Grammarly untuk membantu sekedar check grammar. Jadi kita bisa belajar dari kesalahan kita melalui Grammarly.

Namun dalam konteks speaking, its okay to make mistake. Bahkan native speaker pun juga kadang grammarnya acak adul. Jadi kalau masih salah grammar sedikit-sedikit itu no problem lah. Asalkan tidak fatal , misalnya mengubah arti / maksud pembicaraan.

Q: Saat studi di Inggris, adakah teman sekelas kakak yang tidak lancar Bahasa Inggrisnya saat proses belajar/presentasi di kelas?

Puspa Dewi :

Kalau di kelas saya 50% part timers kepala sekolah yang belum S2 (British & Irish) dan 50% nya lagi international students. Nah kelompok yang kedua ini pastinya sesekali buat kesalahan saat presentasi

Christina Wijaya :

Ada banget. Ada yang bahkan cuma diam saat diskusi karena mungkin kurang  PD atau alasan pribadi. I didnt really know.

Q: Apakah kakak pernah merasa Bahasa Inggrisnya tidak sebanding dengan teman-teman bule di luar? Dan bagaimana cara untuk mensuport diri sendiri untuk tidak down saat berbicara?

Christina Wijaya :

Kakak untungnya tidak merasa seperti itu. Karena balik seperti yang kakak bilang sebelumnya, melihat English as lingua franca. I am happy to have Indo accent in my English.

Puspa Dewi :

Sampai detik ini saya belum pernah lihat kasus bullying bahasa. Kelompok native sadar kalau kita multilingual (bahasa ibu, bahasa Nasional, bahasa Inggris) sedangkan mereka mostly cuma berbahasa Inggris. Jadi kelebihan kita disana.

Q: Bagaimana caranya mengurangi rasa malu saat berbicara dengan bule?

Christina Wijaya :

Just do it. Dont think too much. Setelah kamu merasa relax, nanti mungkin lebih banyak kamu yang aktif bertanya dari bulenya. Believe in yourself you can do it!!!

Puspa Dewi :

Nikmati nervousnya tapi jangan mundur. Ada kepuasan sendiri saat kita menemukan keberanian bicara karena human relationship itu unik. Dari kaku bisa luwes conversationnya. Itu karena interaksi intense menumbuhkan trust satu sama lain dan common topik yang nyaman diobrolin bareng. Kalau saya biasanya mulai dengan ngomongin situasi misal deketin orang misal pas cerah ‘it’s a good day. Isn’t it?‘ atau muji ‘you look nice with that blue hat’ trus mulai nanya ‘are u here for holiday?’ trus nanya nama dll. Sampai ketemu topik yang nyambung.